KITAKATOLIK.COM—Cerita tentang alam gaib sering menghampiri kita. Bahkan sampai mewarnai pandangan kita tentang dunia tak tertangkap indra itu. Tanpa sadar kita pun terlarut dalam pandangan tentang alam gaib yang tak sejalan dengan ajaran Katolik.
“Pemahaman kita mengenai alam gaib yang tak kelihatan itu, sangat banyak dipengaruhi justru bukan oleh ajaran gereja katolik, tetapi oleh masyarakat sekitar kita, oleh adat budaya kita. Juga oleh pengaruh agama-agama lain. Dan sekarang yang paling keras adalah pengaruh televisi,” kata Romo Yohanes Istimoer Bayu Ajie Pr dalam Seminar bartajuk “Mengintip Alam Gaib” yang diselenggarakan oleh PDPKK dan K2S Gereja Kristus Raja Karawang, Jawa Barat pada Jumat (26/7/2019) yang lalu.
Tayangan televisi seperti “Dunia Lain”, “Mata Batin”, “Kisah Misteri” dan masih banyak lagi, plus cerita-cerita misterius seputar alam gaib versi daerah dan budaya tertentu misalnya suanggi, polo, arwah penasaran dan sebagainya, seringkali membingkai pandangan kita tentang dunia gaib.
Dunia gaib memang ada
Merujuk pada rumusan Syahadat atau Credo panjang dari Konsili Nicea Constantinopel, Pastor Bayu menegaskan bahwa alam gaib itu benar-benar ada.
Frase “tak kelihatan” dalam “Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan” menurut Pastor Bayu, merujuk pada alam gaib.
“Bapa pencipta menciptakan segala sesuatu yang kelihatan dan tidak kelihatan. Yang kelihatan itu jasmani, badan kita dan sebagainya. Yang tidak kelihatan itu bahasa Arabnya Goib. Itu yang tak kelihatan tapi ada,” jelasnya.
Bila Allah, seperti dalam Credo Nicea itu, menciptakan yang kelihatan dan yang tak kelihatan, mengapa tak diceritakan dalam Alkitab, utamanya Kitab Kejadian?
“Sebelum penciptaan langit dan bumi, sebenarnya sudah ada penciptaan yang rohani, hanya tak diceritakan dalam Alkitab,” kata pastor Bayu.
Secara resmi, ajaran tentang hal ini ditegaskan Katekismus Gereja Katolik (KGK) nomor 327 yang mengacu pada pengakuan iman Konsili Lateran IV.
“Allah mengadakan pada awal segala waktu sekaligus dua ciptaan dari ketiadaan, yang rohani dan yang jasmani, yaitu malaikat dan dunia: dan sesudah itu yang manusiawi, yang boleh dikatakan sekaligus terdiri dari roh dan badan.”
Jadi, kata Pastor Bayu, ciptaan yang disebut dalam Alkitab dan tradisi suci itu ada dua macam, yang kelihatan dan tidak kelihatan, alam rohani dan jasmani. Yang rohani itu para malaikat, yang jasmani itu dunia. Sementara manusia merupakan mahluk dua alam, yaitu sekaligus rohani dan sekaligus jasmani.
Malaikat
Sebelum menciptakan dunia, Tuhan terlebih dulu menciptakan mahluk rohani, yaitu malaikat. Tentang malaikat, KGK Nomor 329 menulis, “Malaikat itu roh. Kalau engkau menanyakan kondratnya, maka ia adalah roh; kalau engkau menanyakan jabatannya, maka ia adalah malaikat.”
BACA JUGA: POLO ATAU SUANGGI DALAM PANDANGAN KATOLIK http://www.kitakatolik.com/polo-atau-suanggi-dalam-pandangan-katolik/
Roh berarti tak berwujud, tak punya raga, tidak punya badan. “Malaikat adalah ciptaan rohani, 100 prosen spiritual. Tidak bisa dibayangkan dan digambarkan. Tidak bisa dilihat dan dihirup,” kata pastor Bayu.
Sebagai mahluk rohani, demikian bunyi KGK 330, para malaikat memiliki akal budi dan kehendak. Mereka adalah wujud pribadi dan tidak dapat mati. Mereka melampaui segala mahluk yang kelihatan dalam kesempurnaan.
“Malaikat bisa berpikir dan pikiran malaikat kira-kira seperti pikiran kita, tapi begitu canggih, mentok canggihnya sehingga tidak bisa kita banyangkan. Selain bisa berpikir, malaikat juga punya keinginan,” katanya.
Selain punya pikiran dan kehendak, malaikat memiliki sifat personal dan immortal. Ia berkepribadian dan beridentitas. Malekat tak dapat mati.
Iblis
Pada awal mula, Tuhan menciptakan malaikat dalam jumlah yang sangat banyak. Semua mereka baik. Akal budi dan kehendaknya selaras dengan kehendak Allah. Tapi kemudian, di antara malaikat itu, ada yang mau mengungguli Allah. Mereka jatuh ke dalam dosa.
“Itulah yang dalam iman kita disebut setan. Jadi setan itu adalah istilah untuk menyebut malaikat yang sudah jatuh ke dalam dosa,” kata pastor Bayu sambil menambahkan bahwa ketika malaikat jatuh ke dalam dosa, seluruh pikiran, akal budi, dan seluruh kehendaknya, 100 prosen melawan Allah.

Setan menolak Tuhan secara radikal. Menolak Allah sampai ke akar-akarnya. Mereka tidak bisa bertobat. Katekismus Gereja Katolik No. 393 menulis, “Karena sifat tetap keputusan mereka yang tidak dapat ditarik kembali dan bukan karena kekurangan belas kasihan ilahi yang tidak terbatas, maka dosa para malaikat itu tidak dapat diampuni.”
“Setan tidak diampuni bukan karena Tuhan kurang belas kasih, tetapi karena mereka tidak bisa dan tidak mau bertobat,” ujar Bayu. (pamago)