SETIAP tanggal 2 November, umat Katolik seluruh dunia merayakan Peringatan Arwah Semua Orang Beriman. Pada hari ini, mereka mengenangkan dan mendoakan kaum keluarga, sahabat, dan kenalan mereka yang sedang menantikan keselamatan di api penyucian.
Menurut Uskup Hendricus Pidyarto Gunawan O.Carm, peringatan ini merupakan bukti cinta kita kepada mereka yang melampaui batas-batas maut. “Cinta kita kepada anggota keluarga, sahabat dan kenalan tidak mati dan berhenti seiring dengan kematiannya. Bukan hanya waktu meninggal dan hari-hari tertentu sesudahnya, tetapi juga setiap tanggal 2 November Gereja Katolik merayakan peringatan mulia arwah semua orang beriman,” kata Uskup Keuskupan Malang ini.
Berakar dalam Perjanjian Lama
Tradisi mengenang dan mendoakan “jiwa-jiwa di api penyucian”, menurut Uskup Pidyarto, dalam buku “Mempertanggungjawabkan Iman Katolik”, berakar dalam Perjanjian Lama. Kitab Makabe (II Makabe 12: 38-45) melukiskan hal ini. Disitu diceritakan, bagaimana para tentara Yahudi yang tewas dalam perang suci yang dipimpin Yudas Makabe itu kedapatan memiliki jimat-jimat dari berhala kota Yamnia di bawah jubahnya. Hal ini bertentangan dengan hukum Taurat.
Menurut Makabe, dosa itulah yang menyebabkan kematian mereka. Karena itu, rekan-rekan mereka berdoa bagi mereka. “Semoga dosa yang dilakukan itu dihapus semuanya,” bunyi ayat 22. Selain berdoa, mereka mengumpulkan dana yang cukup besar dan mengirimkan uang itu ke Yerusalem agar dipersembahkan korban penghapus dosa bagi para prajurit yang gugur itu. Bantuan rohani bagi orang yang mati itu dianggap sebagai perbuatan yang saleh dan baik (ayat 43).
“Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa sesudah mati pun dosa orang dapat diampuni berkat doa-doa dan korban dari mereka yang masih hidup. Ini dasar alkitabiah dari praktek Gereja Katolik untuk mendoakan orang mati,” kata mantan Ketua Lembaga Biblika Indonesia ini.
Penghapusan dosa setelah kematian
Jejak peringatan arwah semua orang beriman agar dosa-dosa mereka diampuni itu, terlacak juga dalam Perjanjian Baru. Injil Matius 12: 32 juga menegaskan bahwa dosa-dosa orang yang sudah meninggal masih bisa diampuni. “Apabila seseorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak”.
“Nah, kalau ada dosa tertentu yang tidak dapat diampuni baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang, maka ada pula dosa-dosa lain yang bisa diampuni baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang,” jelas mantan dosen Kitab Suci di STFT Widya Sasana, Malang ini.
Masalahnya, di mana tempat pengampunan dosa setelah kematian itu? Tentu bukan di sorga, karena di sorga tidak mungkin ada dosa. Di neraka, juga tidak ada kemungkan orang masuk sorga. Maka gereja Katolik yakin bahwa ada kemungkinan ketiga, selain sorga dan neraka, yaitu api penyucian.
“Api penyucian adalah suatu keadaan sementara di mana orang-orang mati tidak masuk neraka, tetapi di sisi lain mereka belum siap masuk ke sorga karena dia masih mempunyai banyak cacat celah dan akibat-akibat dosanya masih melekat padanya,” katanya.
Dimulai Setelah Pentakosta
Keyakinan yang punya dasar kuat dalam Kitab Suci itu terus dihidupkan dalam gereja. Sejak awal perkembangannya, umat Katolik telah mendoakan keluarga dan teman yang sudah meninggal dunia. Hal ini dibutktikan dengan adanya doa tertulis di katakombe.
Uskup Yerusalem, Santo Cyrillus dari Yerusalem (315-386) pernah mengatakan, “Kita berdoa bagi saudara-saudara kita yang telah meninggal dunia, karena percaya bahwa ini akan sangat meringankan mereka, di mana kurban yang suci dan hebat itu kini berada.”
Pada abad ke-6, komunitas Benediktin memperingati umat yang telah meninggal setelah perayaan Pentakosta. Pada tahun 998, perayaan hari arwah menjadi peringatan umum di bawah pengaruh rahib Odilo dari Biara Cluny. Mulai saat itu, perayaan arwah dirayakan setiap tanggal 2 November di kalangan Ordo Benediktin, biara Carthusian.
Gereja Anglikan dan sebagian gereja Lutheran juga memperingatinya pada tanggal 2 November ini. (Petrus MG/warna).