Buka Tahun Keadilan, Uskup Suharyo Ajak Umat Baharui Diri dan Berbela Rasa

KITAKATOLIK.OM–BUKAN kebetulan Tahun Keadilan dibuka pada tanggal 5 Janiari 2020, bersamaan dengan Hari Raya Penampakan Tuhan. Merenungkan kisah tentang Orang Majus dari Timur, Uskup Agung KAJ Mgr. Ignatius Suharyo mengajak umat untuk membaharui diri atau  “mengambil jalan lain”.

“Menurut kisah, mereka ‘pulang lewat jalan lain’ untuk meghindari Herodes. Akan tetapi kata-kata itu secara simbolis memiliki makna lain. Siapapun yang mengalami penampakkan Tuhan, menikmati kasih dan kerahimanNya, dia tidak lagi hanya menapaki jalan hidup yang sama,” kata Kardinal Indonesia ini.

Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan itu, menurut Uskup,  selalu merubah dan membaharui serta membuahkan  sukacita. Ini, tambah dia, berlaku baik untuk kita masing-masing  sebagai pribadi, keluarga, paroki maupun keuskupan, bahkan gereja semesta.

Masih menurut Uskup, keharusan untuk terus membaharui diri itu, sejatinya sudah ditegaskan oleh beberapa dokumen resmi gereja. “Gereja itu suci dan sekaligus harus selalu dibersihkan, serta terus menerus menjalankan pertobatan dan pembaharuan,” kata uskup mengutip salah satu bunyi dokumen gereja.

Uskup menyampaikan itu dalam video  pembuka tahun Keadilan yang ditayangkan  di seluruh paroki di seluruh Keuskupan Agung Jakarta, Minggu (5/1/2020) yang lalu. Adapun semboyan tahun keadilan ini adalah “Amalkan Pancasila, Kita adil, bangsa sejahtera”.

Mengutip Paus Fransiskus, Uskup Ignatius menegaskan bahwa pembaharuan yang kreatif akan muncul ketika kita hidup atas dasar nilai-nilai injil. “Kapan pun kita berusaha kembali kepada sumber dan memulihkan kesegaran asli injil, jalan-jalan baru muncul, lorong-lorong kreativitas baru terbuka dengan berbagai bentuk ungkapan, tanda-tanda dan kata-kata yang lebih fasih, dengan makna baru bagi dunia dewasa ini,” kata Paus.

“Saya lebih suka gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar di jalan-jalan, daripada gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri,” kata Paus.

“Saya lebih suka gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar di jalan-jalan, daripada gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri,” tegas pemimpin umat katolik seluruh dunia ini.

Sebelumnya, Paus mengatakan bahwa sukacita dalam mewartakan Yesus Kristus diungkapkan baik dengan kepeduliannya untuk mewartakannya ke wilayah-wilayah yang lebih membutuhkan bantuan, maupun dengan senantiasa bergerak keluar, ke daerah-daerah pinggiran, dari wilayahnya sendiri, atau ke lingkungan sosial budaya yang baru.

Ke pinggiran  

Memasuki Tahun Keadilan ini, Uskup meminta umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta untuk berbela rasa terhadap orang-orang yang terpinggirkan. Dalam kaitan itu, Uskup lagi-lagi mengutip pesan Paus yang mendorong seluruh umat Katolik untuk berani pergi ke wilayah-wilayah pinggiran, kepada saudara-saudari kita yang terpinggirkan, pada jaman kita sekarang ini.

“Paus Fransiskus mendorong kita untuk bergerak keluar, mengambil langkah pertama dan terlibat, siap menemani dengan ketabahan dan daya tahan kerasulan,” kata Uskup.

Pada kesempatan tersebut, uskup menegaskan bahwa umat KAJ perlu bersyukur karena di KAJ, perutusan untuk pergi ke pinggiran telah dikembangkan secara kreatif dengan berbagai gerekan bela rasa.

“Kita yakin, sekecil apapun yang kita lakukan, itu adalah sebentuk keterlibatan kita dalam pembaharuan  keuskupan kita dan tanggapan kita terhadap panggilan Tuhan untuk bertumbuh menuju  kesempurnaan kasih dan kepenuhan hidup kristiani,” jelas Uskup.

Uskup juga mengajak umat, agar di tahun keadilan ini, terus menjalankan tugas dan kewajiban umat beriman untuk  merawat dan mengembangkan kesadaran akan keadilan iklim. “Sikap adil tidak hanya tertuju bagi sesama manusia, tetapi juga bagi alam semesta, bagi lingkungan hidup kita,” tegasnya. (Paul MG).

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *