KITAKATOLIK.COM—Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa atau Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE) pada hari Senin (16/11/2020) menerbitkan data yang mendokumentasikan bahwa di tahun 2019, telah terjadi 595 kejahatan rasial terhadap umat kristiani di Eropa. Data itu diterbitkan dalam rangka Hari Toleransi Dunia yang jatuh setiap 16 November.
Termasuk dalam insiden kejahatan rasial tersebut adalah kejahatan terhadap imam Katolik, pembakaran gereja Katolik, penghancuran gambar Perawan Maria, vandalisme terhadap pusat konseling kehamilan, dan pencurian Hosti Kudus dari dalam tabernakel.
Menurut OSCE, Prancis menduduki tempat pertama dalam tingkat kejahatan kebencian terhadap umat kristiani dengan 144 insiden pada 2019, mayoritas terjadi terhadap gereja-gereja Katolik. Di Jerman terjadi 81 insiden, 75 di Spanyol, dan 70 di Italia.
Seperti dilaporkan Catholic News Agenccy, dari 595 kejadian, 459 merupakan serangan terhadap properti umat kristiani dan 80 di antaranya merupakan penyerangan terhadap orang. Seperempat data tersebut dilaporkan oleh Tahta Suci.
Selain yang menimpa umat kristiani, juga diluncurkan data kekerasan yang didorong oleh semangat anti-Semitisme, rasisme, dan kejadian lain yang merupakan bias dari orientasi seksual.
Berikut beberapa peristiwa yang mengekspresikan serangan terhadap umat kristiani, di antaranya berupa pencurian dan perusakan hosti, serangan terhadap pastor dan perusakan gambar Bunda tersuci Maria.
Di Prancis, beberapa tabernakel dibobol dan hosti kudus dicuri. Pada Februari 2019, hampir 300 hosti yang telah dikonsekrasikan dan tiga piala dicuri dari sebuah gereja di Prancis. Ada 14 insiden di Prancis di mana tabernakel yang dibuka paksa dan hosti suci dicuri, dihancurkan, atau diserakkan di lantai.
Perusakan tabernakel terjadi juga di Spanyol. Pada Juni 2019, tabernakel di salah satu gereja dibakar. Pada Pebruari 2019, hosti kudus dicuri dari sebuah gereja dan dihancurkan. Bulan berikutnya, dua sibori yang berisi hosti dicuri dari sebuah gereja. Dalam insiden lain di bulan Maret dan Oktober, tabernakel dibuka paksa dan hosti kudus diserakkan di lantai.
Serangan terhadap pastor terjadi di Polandia dan di Spanyol. Di Polandia, ada empat insiden yang diklasifikasikan OSCE sebagai serangan kekerasan terhadap pastor. Seorang pastor ditikam di dada dengan pisau ketika memasuki gereja sebelum Misa pada Juni 2019. Seorang pastor lain dipukuli oleh sekelompok orang saat dia berusaha melindungi gereja dari orang yang hendak menodai gerejanya pada November 2019. Dua imam lainnya diserang pada Juli dan Agustus. 2019 masing-masing.
Di Spanyol, seorang pastor menjadi sasaran percobaan penyerangan fisik saat mempersembahkan Misa pada April 2019. Seorang pastor lain dipukul di wajahnya saat pelaku mengancam akan membakar gerejanya pada September 2019. Seorang pastor India yang tinggal di Spanyol menerima ancaman kematian dan hinaan rasis pada Juni 2019 di mana pelakunya didakwa melakukan kejahatan rasial. Seorang pastor di Italia juga menjadi sasaran penghinaan dan ancaman karena pekerjaannya mendukung para migran.
Bentuk lain serangan terhadap umat kristiani adalah dalam bentuk perusakan patung dan lukisan suci Bunda Maria. Di i Italia, patung Perawan Maria dipenggal dan kemudian dipecah menjadi beberapa bagian oleh sekelompok orang pada Maret 2019. Beberapa patung Bunda Maria dihancurkan di suatu area pada April 2019 dan dua patung Bunda Maria dihancurkan pada Desember 2019.
Prancis juga melakukan perusakan gambar Bunda Maria, termasuk vandalisme replika Gua Lourdes pada Oktober 2019, vandalisme patung Maria pada bulan Juli dan November, penghancuran dua patung Maria pada bulan April dan Agustus, dan patung yang dicuri pada bulan Oktober.
Di Polandia, empat kapel rosario dirusak pada Februari 2019 dan patung Perawan Maria dirusak dengan pesan anti-Kristen pada Mei. Polandia juga mengalami empat insiden di mana patung St. Yohanes Paulus II dirusak. (Admin/CNA)