VATIKAN,KITAKATOLIK.COM—Dalam kotbahnya pada perayaan Ekaristi Minggu Palem, Minggu (10/4/2022) di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Roma, Paus Fransiskus menegaskan perlunya memprioritaskan keselamatan orang lain, sebagai ganti mengutamakan kepentingan diri sendiri seperti ditunjukkan oleh Tuhan Yesus.
Saat disalibkan, hampir semua orang menyuruhNya untuk menggunakan kekuasaanNya untuk membebaskan diriNya. Dalam Lukas 23:35 misalnya, para pemimpin bangsa berkata, “Biarlah sekarang Ia menyelamatkan diriNya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang pilihan Allah.”
Pernyataan ini, kata Paus, mengungkapkan paradigma egois, menjaga diri sendiri, menyelamatkan dan memikirkan diri sendiri. Hanya memikirkan kesejahteraan, kesuksesan, minat, milik, kekuatan dan citra sendiri.
Ini bertolak belakang dengan paradigma yang ditunjukkan Yesus. Ia memberikan diriNya. Dia tidak memfokuskan diri pada keselamatanNya sendiri, tapi pada keselamatan orang lain, bahkan para penyiksaNya.
“Dia tidak mengklaim apa pun untuk diri-Nya sendiri. Dia bahkan tidak membela atau membenarkan diri-Nya sendiri. Dia berdoa kepada Bapa dan menawarkan belas kasihan kepada perampok yang baik. Salah satu kata-Nya adalah: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat,’” kata Paus menyitir Lukas 23:34.
Yang menarik, tambah Paus, Yesus menegaskan hal tersebut ketika Dia disalibkan, saat Dia merasakan paku menusuk pergelangan tangan dan kaki-Nya.
“Di tengah rasa sakit fisik yang paling membakar dari Sengsara-Nya, Kristus memohonkan pengampunan bagi mereka yang menusuk-Nya. Pada saat seperti itu, kita akan berteriak dan melampiaskan semua kemarahan dan penderitaan kita. Tetapi Yesus berkata: Bapa, ampunilah mereka,” kata Paus dalam perayaan Ekaristi Minggu Palem tersebut.
Pandang Yesus di Kayu Salib
Minggu Palem menandai mulainya Pekan Suci dan dimulainya ibadah yang melibatkan sejumlah banyak umat yang di Vatikan setelah pandemi corona. Perayaan Minggu Palem di Vatikan dibuka dengan prosesi atau perarakan panjang dari para diakon, pastor, uskup dan kardinal dan umat awam yang membawa daun palma memasuki lapangan Santo Petrus.

Dalam kotbahnya, Paus juga menegaskan bahwa Tuhan selalu mengampuni dosa kita. Ketika kita memperparah penderitaan Yesus karena dosa kita, Tuhan memang menderita dan menanggungnya dengan satu keinginan utama yaitu mengampuni dosa kita.
Untuk menghargai ini, Paus mengajak umat untuk memandang Tuhan yang tersalib. Dari luka-lukaNya yang menyakitkan, dari aliran darah yang disebabkan oleh paku-paku keberdosaan kita, pengampunan terpancar.
“Mari kita memandang Yesus di kayu salib dan berkata: ‘Terima kasih, Yesus: Engkau mengasihi aku dan selalu mengampuni aku, bahkan pada saat-saat ketika aku merasa sulit untuk mengasihi dan memaafkan diriku sendiri.’”
Paus juga meminta kita untuk memberikan pengampunan pada orang yang telah melukai kita. Seperti Yesus, kita diajak untuk mengasihi musuh.
“Hari ini Yesus mengajar kita untuk tidak tinggal dalam kemarahan dan dendam, tapi memutuskan lingkaran setan kejahatan dan kesedihan. Untuk bereaksi terhadap paku dalam hidup kita dengan cinta kasih, terhadap serangan kebencian dengan pelukan pengampunan,” katanya.(Admin)