KITAKATOLIK.COM.—Dialog antara umat beragama harus menjadi bagian dari keseharian kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Jangan hanya dilakukan ketika ada keperluan dari satu pihak atau pada saat darurat hubungan antara umat beragama.
“Biasanya kalau mau ada hajat besar baru kita buat dialog. Ketika terjadi konflik, baru digelar dialog,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama Prof. Dr. Said Agil Siraj kepada kitakatolik.com.
Ia mencontohkan, saat mau dibangun gereja, pihak Kristen baru membuka komunikasi dengan saudara-saudara muslim untuk meminta persetujuan dan sebagainya. Orang Islam pun, ketika mau buat acara, baru ajak umat non muslim untuk bareng-bareng.
“Itu salah. Sebab kalau kelompok Kristen mau membangun tempat ibadah, seharusnya sebelumnya sudah saling kenal, sudah ada kebersamaan koperasi, kebersamaan bisnis, kebersamaan di bidang sosial. Kalau sudah begitu, membangun gereja tidak ada masalah,” kata Doktor jurusan Filsafat Islam ini.
Sebenarnya, lanjut dia, membangun kebersamaan atau membangun persaudaraan itu bukan karena membangun gereja, bukan karena ada kebutuhan mendesak.
“Coba kalau kita sudah biasa membaur, biasa kumpul-kumpul bersama dalam aktivitas sosial, kesehatan atau pameran, ketika ada hajatan besar, semuanya akan lebih mudah terlaksana. Kalau ada masalah, gampang pula diatasi,” tukasnya. (Petrus MG)