LARANTUKA,KITAKATOLIK.COM—Dua orang imam Keuskupan Larantuka, Flores meninggal dunia dalam waktu yang sangat berdekatan. Pertama, Romo Syprianus Sande (60 tahun), mantan Sekretaris Uskup Keuskupan Larantuka yang meninggal pada Senin (15/5/2023) siang.
Yang kedua, Romo Agustinus Siswani Iri, SH (41 tahun) yang menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hendrikus Fernandez Larantuka karena kecelakaan tunggal di Kawasan Lokea, depan Markas Kodim 1624/Larantuka, sekitar pukul 22.10 WITA, Minggu (21/5/2022).
Pastor Gusty, begitu RD Agustinus biasa disapa, pernah bertugas di Paroki Santa Maria Baneaux, Lewoleba sebelum bertugas di kantor Keuskupan Larantuka. Pastor yang dikenal kritis dalam tulisan-tulisannya yang menyebar di pelbagai media massa dan aktif dalam sejumlah aksi unjukrasa, itu baru saja kembali dari studi hukum di Fakultas Hukum Universitas Parahyangan, Bandung.

Rencananya hari ini, Senin (22/5/2023), Romo Gusty akan terbang ke Jakarta untuk mengurus keperluan melanjutkan studi S2 di bidang hukum di Bandung. Tapi Tuhan punya rencana lain. Minggu (21/5) ia dipanggil kembali ke Rumah Bapa di Sorga.
Doktor spiritual
Yang menarik, kedua romo ini berasal dari tempat yang sama, yaitu Boru, salah satu desa yang ada di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT.
Setelah ditahbiskan pada 4 September 1992, romo Syprianus kelahiran 2 Desember 1962 itu ditugaskan sebagai socius untuk formasi para frater calon imam projo di Tahun Orientasi Rohani Lela, Sikka, NTT.
Kemudian mendapatkan kesempatan untuk belajar di Italia, dengan spesialisasi di bidang Spiritual dan meraih gelar Doktor. Kembali dari Roma, ia mengabdikan diri sebagai spiritual di Seminari Tinggi Santo Petrus, Ritapiret, Maumere.
Dari Seminari Tinggi, ia dipanggil pulang ke Keuskupan Larantuka dan dipercayakan sebagai Praese Seminari Menengah Sant Dominggo, Hokeng sambil juga mengajar Bahasa Latin. Dari Seminari, ia ditugaskan sebagai Sekretaris Jenderal Keuskupan Larantuka.

Sayang, penyakit Leukimia menyerangnya dan harus berobat ke beberapa tempat, termasuk ke Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta. Melihat kondisinya, pihak keuskupan membebaskannya untuk memilih pelayanannya sendiri dan dia memilih untuk kembali ke rumah bersama mamanya dan keluarga lainnya hingga Tuhan memanggilnya kembali ke pangkuanNya.
“Ia pastor yang baik dan selalu memberikan jalan keluar. Sedehana dan sangat spiritual. Ia hidup apa adanya, tidak matre dan jauh dari kesan wah,” kata Deken Adonara Romo Lazarus Laga Koten yang merupakan teman kelasnya sejak di Seminari. (Admin/dbs).