Empat Hal Ini Perlu Diperhatikan Bila Ingin Mendekorasi Altar dengan Konsep Ramah Lingkungan

KITAKATOLIK.COM—Banyak Paroki telah menerapkan konsep “altar ramah lingkungan”. Di Paroki Curug, Tangerang, Santa Helena misalnya, sejak awal Januari 2021, sudah tak terlihat lagi bunga potong menghiasi altar. Sebagai gantinya, terlihat tanaman-tanaman dan bunga-bunga hias dalam pot mengelilingi dan menghiasi altar.

Hal itu, kata Wakil Ketua Dewan Paroki Harian Paroki Curug, Santa Helena,  Clementinus Pungky Prasetyo, merupakan ekspresi pertobatan ekologis yang salah satu bentuknya adalah dengan dekorasi altar ramah lingkungan.

Berikut empat hal yang perlu diperhatikan ketika kita ingin menerapkan model dekorasi ramah lingkungan.

Pertama, tak mengganggu suasana doa. Dekorasi altar adalah hiasan yang memberi nilai tambah pada altar dalam perannya sebagai sarana doa. Dekorasi altar harus membantu umat agar suasana doa – baik dalam ibadah maupun perayaan Ekaristi —  dalam sebuah ruangan doa, kapel atau gereja sungguh terbangun.

“Doa adalah relasi yang khas antara manusia dengan Allah yang membutuhkan suasana yang khas pula.  Karena itu, dekorasi altar yang justru akan mengganggu suasana doa, missal yang terlalu ramai, sebaiknya dihindari,” kata Pastor Dr. Al. Andang L. Binawan, SJ.

Kedua, bahan yang mendukung kelestarian alam. Istilah “ramah lingkungan” menunjuk pada dua pengertian. Pertama, dekorasi altar itu dibuat sedemikian rupa sehingga juga mengingatkan umat bahwa bumi seisinya ini adalah karya Allah. Manusia bisa berdoa bersama alam.

Istilah “ramah lingkungan” itu juga berarti bahwa bahan-bahan yang digunakan mendukung upaya menjaga kelestarian lingkungan.

Bahan-bahan yang dipakai untuk menghias altar akan diprioritaskan pada pemakaian tanaman hidup. Hal ini bisa berarti bahwa semua adalah tanaman hidup, dan bisa juga ditambah sedikit dengan bunga potong,atau bisa ditambah dengan asesoris lain yang ramah lingkungan, termasuk bahan daur ulang.

“Kedua pengertian ‘ramah lingkungan’ itu saling mendukung dan tidak bisa dilakukan dengan melupakan yang lainnya. Jika memang mau mendukung doa dalam suasana alam, bahan-bahannya juga harus sejalan dengan pelestarian alam. Begitu pula sebaliknya, bahan-bahan yang dipakai, meski sejalan dengan pelestarian alam, harus menumbuhkan kesadaran yang lebih tinggi tentang hubungan manusia, alam, danTuhan,” jelas pastor yang sangat konsisten mengampanyekan pemeliharan lingkungan hidup ini.

Ketiga,  selain menggunakan pohon hidup, bisa juga digunakan asesoris lain seperti bahan daur ulang. Tetapi, kata pastor Andang, pemakaian asesoris daur ulang tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan. Antara lain,  bahan daur  ulang sudah diubah bentuk atau warnanya sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu umat berdoa. Tentu  bahan daur ulang  tersebut juga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.  Juga perlu ada cukup keterangan atau penjelasan kepada umat tentang proses pembuatan dan tujuannya.

Pastor Dr. Al. Andang L. Binawan, SJ.

Penggunaan barang-barang daur ulang, kata pastor Andang, merupakan ekspresi pertobatan. Pemakaian barang daur ulang berarti memperpanjang umur pemakaian suatu barang. Dan dengan memperpanjang umur pemakaian suatu barang, manusia berusaha mengurangi pencemaran pada bumi.

“Itulah pertobatan, dan kita  tahu, dalam ajaran kristiani, pertobatan adalah persembahan yang terbaik kepada Allah. Seperti dikatakan dalam Mazmur 51 ayat 16-17: ‘Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah,’” jelas pastor Andang.

Penggunaan bahan daur ulang juga mengekspresikan semangat dan jiwa penebusan. Yaitu semangat atau spirit menghargai hal-hal yang semula dianggap tidak berharga lagi. Hal itu tentu berdasar pada roh penebusan Yesus sendiri, yang memberi kesempatan bertobat mereka yang berdosa dan menyapa mereka yang terpinggirkan.

“Dengan barang-barang yang telah dipinggirkan dan dianggap sampah menjadi layak pakai kembali, tercermin semangat penebusan,” kata Pastor Andang.

Keempat, mendukung terbangunnya hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dan alam. Spirit yang perlu diingat terkait  dekorasi altar ramah lingungan adalah bahwa dekorasi itu bisa membantu memberi suasana yang mendukung terbangunnya hubungan manusia dengan Tuhan, dan juga manusia dengan alam. (Admin/warna)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *