KITAKATOLIK.COM—Sekurang-kurangnya ada 5 bukti sejarah keterlibatan intens dan signifikan partisipasi umat Katolik dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Kelima hal tersebut diungkapkan Mgr. Ignatius Suharyo, Pr., Ketua Umum Presidium Konferensi Waligereja Indonesia dalam jumpa pers terkait sosialisasi hasil Sidang Tahunan KWI pada Kamis (16/11/2017) silam.
Jejak pertama terkait dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda itu dilaksanakan dalam tiga sidang. Sidang pertama dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober sore, di gedung pemuda Katolik yang letaknya saat itu di belakang gereja Katederal. Sekarang jadi aula katedral.
“Jadi sejarah menunjukkan bahwa gereja katolik punya peran penting, sekurang-kurangnya sejak 1928,” jelas Mgr. Suharyo, Pr yang saat itu didampingi oleh Sekretaris Jenderal KWI Mgr. Antonius Subianto Bunyamin, OSC.
Bukti-bukti dokumentasi tentang sidang pertama para pemuda di belakang katederal tersebut, sedang dicari dan dikumpulkan. Ada yang mencari di luar negeri, terutama di negeri Belanda, untuk menggambarkan bagaimana persisnya yang terjadi dalam rapat tersebut.
Jejak kedua terkait dengan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Vatikan. Ini tak terlepas dari jasa Mgr. Albertus Soegijapranata. Seperti ditayangkan di film tentangnya, ada satu moment penting di mana beliau sedang menulis. Apa yang ditulisnya?
“Yang ditulisnya ternyata adalah surat kepada Paus di Vatikan agar Vatikan secepatnya mengakui kemerdekaan Republik Indonesia,” kata Mgr. Ignatius.
Itulah, menurut Uskup Agung Jakarta ini, yang menyebakan Vatikan termasuk Negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1947, saat perang (mempertahankan) kemerdekaan masih berlanjut, Vatikan sudah punya kedutaan di Indonesia, yang saat itu disebut Apostolic Delegate.
Jejak ketiga, berupa dukungan terhadap kedaulatan dan kemerdekaan RI. Hal ini masih terkait dengan sikap Mgr. Soegijapranata. Saat Ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta, Mgr. Soegija pun memindahkan pusat keuskupan Semarang ke Yogyakarta.
“Ini adalah tindakan simbolis bahwa gereja Katolik sejak awal kemerdekaan, sungguh mendukung kemerdekaan RI,” kata Mgr. Suharyo.
Jejak keempat, terkait dengan kehadiran para pahlawan beragama Katolik. Tercatat banyak pahlawan nasional beragama Katolik, baik dari lingkungan Angkatan Bersenjata maupun sipil. Dari lingkungan Angkatan Bersenjata ada Slamet Riyadi, Yos Sudarso, Adi Sucipto dan banyak lagi. Sementara dari sipil ada Ignatius Yoseph Kasimo dan juga Mgr. Soegijapranata.
Jejak kelima, terkait peneguhan dasar Negara Pancasila. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, sejak tahun 1954-1956, Mgr. Soegijapranata mendirikan berbagai macam ikatan yang dalam bahasa sekarang disebut organisasi masyarakat. Ia antara lain mendirikan Ikatan Petani Pancasila, Ikatan Pekerja Pancasila dan lain-lain.
“Ini adalah tanda yang sangat jelas bahwa gereja Katolik sungguh-sungguh sejak awal sejarahnya sangat berhimpitan dengan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia,” kata Mgr. Ignatius Suharyo.
Merupakan tugas umat Katolik sekarang ini untuk mengukuhkan jejak-jejak peran itu sesuai tantangan dan panggilan sejarah masa kini. (Paul MG)
Wahhhh