Jangan Takut Masuk dalam Pengalaman Padang Gurun

VATIKAN,KITAKATOLIK.COM—Selama Masa Prapaskah, umat kristiani diajak untuk memberanikan diri masuk ke dalam pengalaman padang gurun. Bukan dalam arti fisik (padang gurun benaran), tapi sebuah kesempatan menepi, di mana kita dapat diam dalam  hening dan mendengarkan Sabda Tuhan sehingga pertobatan sejati dapat terjadi dalam diri kita.

“Jangan takut pada gurun, carilah saat-saat untuk lebih banyak berdoa, hening, untuk masuk ke dalam diri kita. Jangan takut, kita dipanggil untuk berjalan mengikuti jejak Tuhan, memperbaharui janji babtis kita yaitu menyangkal setan dan semua pekerjaan dan janji kosongnya,” kata Paus Fransiskus dalam pesan Angelusnya.

Paus menyampaikan pesannya  dari jendela yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, tempat pada peziarah berkumpul, pada Minggu (21/2/2021).

Gurun, kata Paus, selalu berisi dua hal, yaitu tempat perjumpaan dengan Tuhan dan tempat terjadinya aneka godaan.

Di satu sisi, merupakan  tempat di mana Tuhan berbicara ke dalam hati manusia, dan di mana doa adalah jawabannya. Dalam konteks ini, gurun adalah tempat sunyi, hati yang terpisah dari hal-hal lain, dan yang hanya dalam kesendirian itu membuka dirinya kepada Sabda Tuhan.

Peziarah di Lapangan Santo Petrus,Vatikan. Foto:Catholic News Agency.

Di lain sisi, gurun juga menjadi tempat pencobaan demi pencobaan, di mana si penggoda memanfaatkan kelemahan dan kebutuhan manusia, menyisipkan suara dustanya sebagai ganti suara Tuhan. Iblis menyerukan  suara lain  yang membuat Anda melihat jalan lain yang menipu.

Selama 40 hari di padang gurun, si penggoda menggoda Yesus. Terjadi peperangan atau  “duel” antara Yesus dan setan atau si penggoda. Dimulai di padang gurun, duel itu terus berlangsung dan baru berakhir dengan sengsara dan penyaliban Yesus.

“Kematian adalah ‘gurun’ terakhir yang harus diseberangi untuk akhirnya mengalahkan setan dan membebaskan kita semua dari kuasanya. Dan dengan cara ini Yesus menang di gurun maut, dan menjadi pemenang dalam Kebangkitan,” kata Paus.

Seperti Yesus, lanjut Paus, kehidupan para pengikutNya senantiasa diwarnai peperangan melawan si penggoda yaitu iblis. Kita harus menyadari kehadiran musuh yang cerdik ini, yang selalu memawa  kutukan abadi dan kegagalan kita.

“Kita harus bersiap untuk membela diri, melawan dan memerangi dia. Kasih karunia Tuhan meyakinkan kita bahwa dengan iman, doa dan penebusan dosa, kita pasti akan memperoleh kemenangan atas musuh abadi yaitu iblis ini,” tutur Paus. (admin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *