KITAKATOLIK.COM— Romo Karl Edmund Prier SJ., salah satu korban penyerangan Gereja Santa Lidwina Bedog Trihanggo Gamping Sleman Minggu (11/2/2018) lalu, mengunjungi Polda DIY Rabu (21/2/2018) pagi untuk menyampaikan terimakasih kepada jajaran kepolisian.
“Saya ingin berterimakasih karena polisi membantu menangani kasus ini dengan baik,” ungkapnya kepada para wartawan setelah pertemuan yang didampingi para tokoh lintas iman yang berdiam di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada kesempatan tersebut, misionaris asal Jerman sejak 1964 dan lama mengabdi di Pusat Musik Liturgi (PML) Yogyakarta, ini juga menegaskan bahwa pihaknya telah tulus memaafkan penyerang yang membuat kepalanya terluka saat sedang memimpin Perayaan Ekaristi.
“Injil jelas menyatakan itu. Tiap hari, kami mendoakan, ‘Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami’,” ujarnya mengutip doa Bapa Kami yang merupakan Doa yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri kepada para murid-Nya.
“Ajaran (ampunilah yang bersalah kepada kami) itu ya harus dilaksanakan juga toh, tidak dibalas dengan emosi,” ucapnya.
Romo Prier mengaku bahwa sebenarnya ia sangat ingin berjumpa secara langsung dengan Suliyono yang telah menyerangnya, namun karena kondisi pelaku yang belum memungkinkan dari banyak segi maka niatan itu tak bisa terlaksana.
“Sebenarnya iya (ingin bertemu), tapi setelah saya lihat dia fanatis mungkin tidak ada gunanya. Saya berharap dia sadar karena mungkin dia keliru melakukan tindakan yang kemarin,” ungkap ujar Romo Prier.
Kepada umat Katolik, khususnya di wilayah DIY, Romo Prier berpesan agar mereka tidak lagi takut akan aksi kekerasan intoleran.
“Umat jangan lagi takut seperti saya juga tidak takut, malah harus semakin mantap ke depan,” pungkasnya.
Kepala Polda DIY Brigadir Jenderal Ahmad Dofiri menuturkan, meski penyerang Gereja Lidwina mendapatkan maaf dari Romo Prier, sudah jadi tugas negara untuk tetap memproses hukum kasus ini. “Saat ini, kasus itu sudah dalam tahap penyidikan,” ucap Dofiri.
Tokoh di Balik PML
Setelah ditahbiskan pada tahun 1969, Romo Karl-Edmund Prier ditugaskan sebagai pastor kategorial sesuai dengan permohonannya kepada provinsial untuk mengurus bidang inkulturasi musik liturgi.
Ia bekerja keras merintis Pusat Musik Liturgi Yogyakarta khususnya sebagai wadah inkulturasi musik liturgi. Pada 11 Juli 1971, PML Yogyakarta didirikan. Lewat kepemimpinannya yang penuh disiplin, ketekunan dan kemandirian PML terus berkembang dan menghasilkan banyak karya khususnya di bidang inkulturasi musik liturgi. (PMG/dbs)