Mengapa Yesus Mengutus Ke-70 MuridNya BERDUA-DUA, bukan Sendiri-sendiri?

VATIKAN,KITAKATOLIK.COM—Injil yang dibacakan pada Minggu (3/7/2022), menceritakan kisah Yesus memilih 70 orang murid dan mengutus mereka berdua-dua.

Mengapa berdua-dua? Mengapa tidak sendiri-sendiri?  Bukankah diutus berdua-dua itu tidak praktis dan beresiko?  Misalnya keduanya tidak akur, tak seirama karena perbedaan kemampuan dan ritme kerja. Bila yang satu lelah atau sakit di dalam perjalanan, yang lain pun terpaksa harus berhenti juga. Bukankah menjalani perutusan sendiri-sendiri akan terasa lebih gesit dan lincah?

Paus Fransiskus menjawab pertanyaan itu dalam wejangannya yang disampaikan pada Minggu (3/7/2022) sebelum memimpin Doa Malaikat Tuhan dari  jendela yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Roma. Para peziarah yang berasal dari seluruh dunia berkumpul di lapangan tersebut.

Para murid, kata Paus Frasiskus, diutus  berdua-dua ke desa-desa untuk mempersiapkan orang-orang untuk menyambut Yesus. Ia memerintahkan mereka untuk berasksi tentang Dia, bukan sekedar berkata-kata tentang Dia.

Para peziarah yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Vatikan

“Bukan tentang ‘buku kecil’ yang harus mereka katakan,  namun tentang kesaksian hidup yang harus mereka saksikan tentang Yesus. Kesaksianlah yang harus diberikan,  lebih dari pada kata-kata yang diucapkan. Bahkan, Ia mendefinisikan mereka sebagai pekerja. Mereka dipanggil untuk bekerja,  untuk menginjili melalui perilaku mereka,” jelas Paus Fransiskus.

Dan, lanjut Paus, tindakan nyata pertama yang dengannya para murid menjalankan misi mereka adalah berjalan berdua-dua. Para murid bukanlah “petarung tunggal”. Kehidupan para pewarta  injil harus menyaksikan atau menampakkan  kebersamaan, rasa saling menghormati,  dan keengganan untuk menunjukkan kelebihan dan superioritas diri ketimbang yang lain.

“Rencana pastoral yang sempurna dapat dielaborasi. Proyek-proyek dapat dilaksanakan dan diorganisasikan sampai ke detail terkecil. Anda pun dapat memanggil orang banyak dengan berbagai cara; tetapi jika tidak ada ketersediaan untuk persaudaraan, misi pewartaan tidak bisa berkembang,” tegas Paus.

“Misi penginjilan tidak didasarkan pada aktivisme pribadi, yaitu, pada ‘melakukan’ tetapi pada kesaksian cinta persaudaraan, juga melalui kesulitan yang menyertai hidup bersama,” tegasnya lagi.

Salah seorang peziarah yang turut mendoakan Angelus di Lapangan Santo Petrus.

Ia mengajak kita yang juga ditugaskan untuk mewartakan Injil untuk berefleksi tentang pola penginjilan yang dilaksanakan  selama ini.

“Apakah kita melakukannya dengan semangat dan gaya persaudaraan, atau malah dengan cara duniawi? … Apakah kita memiliki kemampuan untuk berkolaborasi, apakah kita tahu bagaimana membuat keputusan bersama, dengan tulus menghormati orang-orang di sekitar kita dan mempertimbangkan sudut pandang mereka? Dengan cara inilah kehidupan murid mengungkapkan kehidupan Guru, dan kita benar-benar mewartakan kepada orang lain,” kata Paus sambil berdoa agar Santa Perawan Maria, Bunda Gereja, mengajari kita mempersiapkan jalan bagi Tuhan dengan kesaksian persaudaraan. (Admin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *