MAUMERE, KITAKATOLIK.COM.–KAMIS pagi (5/7/2018), beberapa saat menjelang pukul 9.00 WIB, Pastor Ewaldus Martinus Sedu Pr. memasuki kompleks Kedutaan Vatikan yang terletak di Jalan Merdeka Timur, Jakarta Pusat. Sempat menunggu sejenak dalam debar, Duta Besar Vatikan Yang Mulia Mgr. Piero Pioppo menghampirinya di pendopo kedutaan.
Ini merupakan pertemuan pertama mereka. Duta Besar Vatikan yang ditunjuk sebagai Duta Besar Vatikan pada 8 September 2017 itu, menyambut hangat kedatangan romo Ewal. Sementara romo Ewal sendiri mengaku cemas.
“Beliau begitu ramah tamah, sementara saya cemas dan tidak tenang. Saya tidak omong satu kata pun,” aku romo Ewal dalam dialeg Bajawa, kota kelahirannya.
Di ruang kerjanya di lantai dua, Mgr. Pioppo memilih duduk di samping, bukan di depan romo Ewal. Mungkin karena menangkap kecemasan dalam diri romo Ewal.
“Saya dengar langsung dari Sri Paus bahwa Beliau sudah menetapkan bahwa Vikjen Keuskupan Maumere, Anda sendiri, sebagai Uskup Keuskupan Maumere, menggantikan Mgr. Kherubin Parera,” kata Duta Besar dalam bahasa Italia.
Romo Ewal terdiam. Matanya menatap Duta Besar. Tak ada satu katapun keluar dari mulut pastor kelahiran Bajawa, 30 Juli 1963 ini.
Keduanya lalu bergerak ke kapela, berdoa. Duta Besar membukanya dengan doa mohon turunnya Roh Kudus dalam bahasa Latin dan kemudian meminta romo Ewal berdoa pribadi. Setengah jam kemudian, Duta Besar kembali datang.
“Kalau Tuhan sudah pilih orang, Ia akan memperlengkapi orang pilihanNya itu,” ia menyakinkan romo Ewal.
Tiba-tiba muncul kata-kata: “Ini Aku, Utuslah Aku” dalam hati romo Ewal. Kata-kata yang diambil dari Yesaya 6:8 ini merupakan motto imamat yang dipilihnya saat ditahbiskan tanggal 7 Juli di Gereja Santo Yosep, Bajawa, 27 tahun silam.
“Saya bersedia,” kata romo Ewal. Duta Besar memeluknya sambil berkata, “Kita sudah punya Uskup Maumere yang baru.”
Penyelenggaraan Ilahi
Sesuai dengan tradisi yang berlaku di kalangan pemimpin gereja Katolik, Uskup Maumere Mgr. Gerulfus Kherubim Parera, SVD telah mengajukan surat pengunduran diri kepada Tahta Suci melalui Duta Besar Vatikan pada Januari 2016. Surat pengunduran diri tersebut disetujui pada awal September 2016.
Sejak itu, seluruh umat keuskupan Maumere menantikan Uskup mereka yang baru. Mereka menanti dalam doa yang panjang. Banyak spekulasi bersilewaran sekitar siapa pengganti Mgr. Kherubim.
Beberapa kriteria pun dimunculkan, antara lain kandidat harus pernah kuliah di Roma (Vatikan). Tapi kriteria tersebut terbantahkan, karena toh tidak semua uskup pernah studi di Roma. Almarhum Mgr. Longginus Da Cunha, Pr., Uskup Agung Ende, tak pernah mengeyam pendidikan di Roma.
Berdasar pengalaman selama ini, memang ada beberapa persyaratan yang berlaku umum. Di antaranya, menempuh jenjang pendidikan lanjut, dan yang terpenting dianggap layak secara moral, intelektual dan spiritual.
Menurut informasi, biasanya Uskup sebelumnya mengajukan tiga nama dengan urutan prioritas pertama, kedua dan ketiga. Selain Uskup bersangkutan, tak ada seorang pun yang tahu. Sangat rahasia. Para kandidat pun tak tahu apa-apa.
Setelah sembilan hari rahasia keterpilihan romo Ewal sebagai Uskup ditutup rapat-rapat, akhirnya diumumkanlah berita besar itu pada Sabtu (14/7/2018) pukul 18.00 waktu setempat atau jam 12.00 waktu Roma di Lepo Bispu, Istana Keuskupan Maumere.
Mgr. Ewaldus Martinus Sedu melihat seluruh proses keterpilihannya sebagai bagian dari penyelenggaraan ilahi, dan bukan merupakan cita-citanya sejak awal.
“Cita-cita saya ya jadi imam. Bukan untuk menjadi uskup. Keluarga pun mendukung dalam doa agar saya benar-benar bisa menjadi imam yang baik, bukan uskup. Tapi bahwa akhirnya saya terpilih sebagai uskup, ini sungguh merupakan penyelenggaraan ilahi,” jelas Mgr. Ewaldus.
Yang menarik, bacaan pertama di hari Sabtu (14/7), saat pengumuman ke publik, diambil dari Yesaya 6: 1-8: Yesaya mendapat panggilan Allah. Dalamnya ada motto tahbisan imamatnya “Ini aku, Utuslah aku!”
Dari Wolofeo hingga lepo bispu
Lahir di Bajawa, Ngada, Flores, 30 Juli 1963, Mgr. Ewaldus adalah anak keempat dari 11 saudara/i, dari pasangan bapak Nikolaus Gapi dan ibu Maria Dhone. Dua saudarinya memilih menjadi biarawati.
Setelah ditahbiskan imam pada 7 Juli 1991, ia memulai tugas pertamanya sebagai pastor pembantu di Paroki Santo Yosep, Maumere. Sejak April 1993, pria bertubuh subur ini dipercayakan sebagai pastor paroki Maria Bunda Karmel, Wolofeo, Sikka. Empat tahun kemudian, tepatnya April 1995, ia kembali ke tempat tugas awal, di Paroki Santo Yosep Maumere sebagai pastor kepala. Terkait rehabilitasi pasca gempa 1992 yang melanda Maumere, romo Ewal juga dipercaya sebagai Koordinator Wilayah Penanggulangan dan Rehabilitasi Pembangunan Akibat Gempa Bumi 1992 dan Bencana Alam untuk Wilayah Kabupaten/Kevikepan Maumere. Dalam periode yang sama, ia dipercaya sebagai Ketua Komisi Kateketik Kevikepan Maumere.
Setelah tujuh tahun melayani di Paroki, pastor yang menjalankan masa TOP (Tahun Orientasi Pastoralnya) di Seminari Menengah Santo Yohanes Berchmans Toda-Belu, Mataloko ini lalu menjalani tugas belajar di Universitas Salesian, Roma dalam bidang Ilmu Pendidikan dari tahun 1997 hingga 2001.
Kembali dari Roma, ia memulai tugas barunya di lembaga pendidikan. Tahun 2001 hingga 2016, romo Ewal menjadi Staf Pembina di Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret. Ia mengawali tugas di almamaternya itu sebagai pendamping Tingkat I (2001-2004), lalu menjadi Perfek (pemimpin asrama) dari tahun 2004-2010. Setelah sebelumnya menjadi wakil Praeses, pada tahun 2010, romo Ewal dipercaya sebagai Praeses hingga 2016. Setahun terakhir masa kepemimpinannya di Seminari Tinggi Diosesan itu, romo Ewal juga dipercayakan sebagai Vikjen Keuskupan Maumere.
Romo Ewal juga dipercaya mendampingi kelompok kategorial dan yayasan, antara lain sebagai Moderator WKRI Kevikepan/Keuskupan Maumere (sejak 2002), Ketua Yayasan Santo Lukas Keuskupan Maumere (2009-2011), Ketua Yayasan Elisabeth Keuskupan Maumere (dari tahun 2011).
Dari seluruh karya pastoralnya, romo Ewal sangat terkesan dengan pengalaman pastoralnya di Paroki Maria Bunda Karmel, Wolofeo. Bencana kelaparan pernah melanda wilayah ini. Di sana ia mengalami hidup dalam kesederhanaan bersama orang-orang sederhana. (Admin)