TANGERANG,KITAKATOLIK.COM—Pemberkatan hewan atau animal blessing yang sudah mulai populer di beberapa Paroki, termasuk di Paroki Curuq, Santa Helena, tak hanya sekedar pemberkatan hewan piaraan, tapi merupakan sebuah kampanye besar Gereja Katolik untuk memelihara lingkungan hidup.
“Siang ini kita tidak hanya hadir untuk mengikuti pemberkatan hewan, tapi ini adalah kampanye besar Gereja Katolik tentang pemeliharaan lingkungan hidup,” tegas Pastor Rafael Adi Pramono, OSC pada Minggu siang (6/9/2019).
Ratusan umat Helena dan beberapa umat paroki lainnya mengikuti ibadah pemberkatan hewan yang digelar di Bedeng, Paroki Santa Helena ini. Tentu saja mereka datang bersama hewan piaraan, terutama anjing dalam berbagai varian, baik dalam jenis maupun besarnya. Selain anjing, ada juga kelinci, burung, dan ikan. Hubungan antara umat dan hewan piaraan mereka nampak sangat kental. Banyak dari mereka menggendong piaraannya itu.
Hormati semesta
Baik dalam kata pengantar maupun kotbahnya, Pastor Adi menegaskan bahwa tradisi pemberkatan hewan muncul setelah Paus Fransiskus mengeluarkan Ensiklik Laudato Si beberapa tahun silam.
Menurut Pastor Adi, laudato si atau praise to be you, my Lord adalah seruan dari Santo Fransiskus Asisi. Seruan ini berisi pesan: “Terpujilah Engkau ya Tuhanku, dalam kidung saudara matahari, dan segala makhluk ciptaan…”
“Mengutip penghayatan Santo Fransiskus Asisi tersebut, Paus Fransiskus mengajak kita untuk memandang bumi sebagai saudari, rumah kita bersama,” kata Pastor Adi. “Sebagai saudari, kita harusnya berbagi hidup, memuji keindahan ibu bumi yang lengannya selalu terbuka lebar untuk memeluk kita semua,” tambahnya.
Karena itu, setiap mata rantai dari ekosistem dunia ini, juga tumbuhan dan hewan haruslah dianggap sebagai ciptaan Allah yang semestinya kita hormati dan kita sayangi keberadaannya.
“Untuk itulah kita hadir di tempat ini,” katanya sambil menambahkan, pemberkatan hewan yang dilaksanakan merupakan realisasi amanat Surat Gembala Paus Fransiskus untuk menjadi bagian dari umat manusia yang menghormati kehidupan.
Alasan mendasar mengapa kita harus menghormati semesta adalah karena kita hanya memiliki satu bumi yang kita tinggali. Ia meminta umat untuk terlibat aktif dalam gerakan-gerakan perawatan bumi seperti pantang penggunaan plastik dan styrofoam, pemisahan sampah organik dan anorganik, dan lain sebagainya.
Puncak acara, romo Adi memberkati setiap binatang piaraan. Umat dan binatang piaraannya berbaris seperti layaknya umat berbaris menyambut komuni.
Inosentius Samsul, salah seorang umat yang membawa dua ekor binatang piaraan kesayangannya menganggap tradisi animal blessing ini sebagai sesuatu yang positif. Selain sebagai bagian dari kampanye besar merawat ibu bumi, pemberkatan binatang merupakan bagian ungkapan syukur atas anugerah Tuhan.
“Seperti kita memberkati rumah, mobil dan sebagainya yang diberikan Tuhan bagi kita, demikian pula dengan hewan peliharaan kita,” katanya. (Paul MG)