KITAKATOLIK.COM.—Peran suami dalam hidup berkeluarga ibarat penerbang layang-layang. Ia bertugas menerbangkan istri dan anak-anaknya untuk berada di posisi lebih tinggi, bahkan setinggi-tingginya.
“Layang-layang dibuat bukan untuk menjadi pajangan atau hiasan dinding, tapi untuk diterbangkan. Demikian juga dengan anak. Mereka harus dididik untuk bisa terbang lebih tinggi, bukan hanya sekedar menjadi etalasi orang tua,” kata Pastor Dr. AL. Andang Binawan, SJ.
Tiga unsur penting
Untuk dapat “menerbangkan” anak-anak dan istri, menurut pastor Andang, para suami harus memperhatikan tiga hal penting. Yang pertama, layang-layang harus mendapatkan angin.
“Angin” itu adalah kepercayaan. “Artinya, kita harus berikan kepercayaan kepada anak-anak termasuk juga istri, supaya dia berjumpa dengan segala macam tantangan yang ada di dalam seluruh realitas kehidupan,” katanya.
Sikap terlalu protektif terhadap anak maupun istri dapat membuat mereka tidak dapat terbang. “Berilah kesempatan kepada istri dan anak untuk tumbuh menjadi dirinya sendiri di dalam menghadapi segala macam tantangan,” katanya.

Unsur kedua yang mutlak diperlukan agar layang-layang bisa terbang lebih tinggi adalah benang. “Benang menurut saya adalah relasi yang baik. Relasi ini harus terus-menerus dipupuk,” katanya. Relasi bisa dibangun dengan ritus-ritus kebersamaan seperti makan bersama, juga melalui perayaan iman. Iman, menurut pastor Andang, menjadi inti dari relasi.
“Dalam membangun relasi, perlulah diwaspadai bahaya gudged yang sering membuat orang ada bersama tapi sibuk dengan dirinya sendiri,” katanya.
Unsur yang ketiga adalah adanya “tarik-ulur”. Panggilan menjadi ayah yang menerbangkan anak dan istri tak selamanya berjalan lancar dan mulus, tapi juga penuh tantangan. “Kita maunya terbang tinggi tanpa kesulitan. Itu namanya diulur. Tapi Tuhan menerbangkan layang-layang kita, tidak hanya diulur, tapi juga ditarik melalui kesulitan-kesulitan. Nah, ketika Tuhan sedang menarik, mampukan kita menghadapinya dengan senang, dengan gembira dan dengan mata terbuka?” tanya pastor Andang.
Ia mengajak para suami untuk selalu berani menyongsong tantangan. “Masalah itu harus kita terima dengan gembira dengan terbuka. “Itulah yang membuat kita tahan uji,” tegasnya. (Petrus MG)