VATIKAN,KITAKATOLIK.COM—Masa Adven merupakan kesempatan untuk menanggalkan prasangka kaku tentang Tuhan dan sesama. Kesempatan untuk menyadari bahwa Allah adalah Tuhan yang berlimpah belaskasih dan pengampunan, bukan penghukum yang kaku dan kejam.
Masa adven adalah waktu untuk mempersiapkan kehadiran Tuhan dalam wujud seorang bayi Yesus. Kesempatan untuk belajar lagi tentang siapa Tuhan kita.
“Ini kesempatan untuk meninggalkan pola pikir dan prasangka tertentu tentang Tuhan dan saudara-saudari kita. Ganti memikirkan hadiah untuk diri sendiri, masa Adven merupakan kesempatan kita untuk memberikan kata-kata dan gerak tubuh untuk menghibur mereka yang terluka, seperti yang Yesus lakukan terhadap orang buta, tuli, dan lumpuh,” kata Paus Fransiskus sebelum mendaraskan doa Malaikat Tuhan atau Angelus pada Minggu (11/12/2022) dari sebuah jendela yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, Vatikan.
Pesan tersebut bertolak dari bacaan Injil Hari Minggu Ketiga Adven atau biasa disebut Minggu Gaudete atau Minggu Sukacita. Injil tersebut berkisah tentang Yohanes Pembabtis yang ketika itu berada dalam penjara dan mendengar tentang perbuatan baik yang dilakukan Yesus Kristus.
Keraguan Yohanes Pembabtis
Santo Yohanes Pembabtis, kata Paus Fransiskus, membayangkan seorang Mesias yang keras yang akan datang dan melakukan keadilan dengan kuasa dengan menghukum para pendosa. Tapi Mesias yaitu Yesus yang sudah datang dan hadir malah menampakkan diriNya sebagai Pribadi yang lembut, memiliki kata-kata dan sikap yang berbelas kasih terhadap semua orang, termasuk kepada para pendosa yang mau bertobat.
Hal itu menimbulkan keraguan dalam diri Yohanes Pembabtis. Karena itu, ia mengutus para pengikutNya untuk bertanya kepada Yesus apakah Dia benar-benar Mesias, atau apakah Dia hanyalah nabi biasa.
Kita, tambah Paus seperti dilaporkan Hannah Brockhaus pada Catholic News Agency, mungkin terkejut atas keraguan Yohanes Pembabtis. Mengingat Yohanes adalah pria yang membabtis Yesus dan memanggilnya Anak Domba Allah. Kok bisa orang yang sangat dekat dengan Yesus bisa meragukanNya.
“Orang percaya terbesar pun melewati terowongan keraguan,” katanya. Dan itu bukanlah hal yang buruk. “Kadang-kadang keraguan itu perlu untuk pertumbuhan spiritual. Itu membantu kita untuk memahami bahwa Tuhan selalu lebih besar dari yang kita bayangkan,” kata Paus Fransiskus.
“Pekerjaan Yesus mengejutkan dan melampaui perhitungan dan bayangan kita. selalu berbeda, melebihi kebutuhan dan harapan kita. Dan karena itu kita tidak boleh berhenti mencariNya.”
Yohanes Pembabtis, kata Paus lagi, tak berhenti dalam keraguan. Dalam keraguan itu, ia terus mencariNya, menanyaiNya, berdebat denganNya dan akhirnya menemukan Dia kembali.
“Kita juga kadang-kadang menemukan diri kita dalam situasinya, di penjara batin, tidak dapat mengenali kebaruan Tuhan, yang mungkin kita tawan dengan anggapan bahwa kita sudah tahu segalanya tentang Dia,” katanya.
Bambinelli
Setelah memberikan renungan singkatnya dan berdoa Angelus, Paus Fransiskus memberkati patung-patung Kanak-kanak Yesus yang dibawa orang-orang ke Vatikan dari kandang kelahiran di rumah mereka masing-masing.
Paus memberkati “bambinelli” – demikian bayi Yesus itu biasa disapa dalam Bahasa Italia, yang dibawa setiap tahun pada hari Minggu Gaudete.
“Dan sekarang saya memberkati ‘bambinelli’, yaitu patung-patung kecil Bayi Yesus yang kalian bawa ke sini, anak-anak dan remaja terkasih, dan kemudian akan dibawa pulang dan dimasukkan ke dalam kandang kelahiran Yesus,” kata Paus Fransiskus.
“Saya mengundang Anda,” lanjutnya, “untuk berdoa di depan Kandang Natal agar kelahiran Yesus membawa sinar kedamaian bagi anak-anak di seluruh dunia, terutama mereka yang terpaksa menjalani hari-hari perang yang mengerikan dan kelam, termasuk perang Ukraina yang menghilangkan banyak nyawa, termasuk anak-anak,” tambah Paus. (Admin).