VATIKAN, KITAKATOLIK.COM—Yesus melakukan perbuatan baik dengan bijaksana dan tidak pamer.
“Yesus mengajarkan kita bahwa kebaikan harus dilakukan tanpa geger-gegeran, pamer, dan kesombongan. Perbuatan baik harus dilakukan dalam kesunyian,” kata Paus Fransiskus, Minggu (9/9/2018) sebelum memimpin doa Angelus.
Terkait bacaan suci hari itu, tentang Yesus menyembuhkan seorang tunarungu, Paus Fransiskus menyebut beberapa tindakan atau gerak tubuh Yesus yang bisa dijadikan bahan pelajaran bagi para pengikutNya.
Pertama, sebelum menyembuhkan, Yesus memisahkan orang itu dari kerumunan orang banyak. “Yesus selalu melakukan sesuatu dengan bijaksana. Dia tidak berniat untuk mengejar popularitas dan sukses,” kata Paus seperti direkam Hannah Brockhaus dari CNA (CatholicNewsAgency).
Tindakan kedua, Yesus memasukkan jariNya ke telinga orang itu dan Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Tindakan ini mengacu pada Inkarnasi. Karena Yesus adalah manusia sekaligus Allah, Dia dapat memahami kondisi menyakitkan yang dialami orang tunarungu yang juga memiliki halangan berbicara tersebut.
Paus menjelaskan, ketika Yesus menggunakan kata Efata yang artinya terbukalah, Yesus juga menyatakan persatuanNya dengan Bapa.
Pasal ini, kata Paus, menunjukkan dua bentuk penyembuhan yang dibutuhkan umat manusia. Pertama, penyembuhan dari penyakit dan penderitaan fisik, meskipun kesehatan tubuh yang sempurna itu tak bisa diperoleh di dunia. Jenis kesembuhan kedua, adalah bebas dari ketakutan.
“Penyembuhan dari rasa takut yang mendorong kita untuk meminggirkan orang sakit, meminggirkan penderitaan dan orang cacat,” katanya.
Yesus datang untuk membuka dan membebaskan dari hal-hal itu, sehingga orang kristiani dapat hidup sepenuhnya dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama.
Paus menegaskan bahwa Yesus datang untuk menyembuhkan dan membuka hati bagi penderitaan orang lain.
“Yesus menjadi manusia, sehingga manusia yang tuli dan bisu oleh dosa, dapat mendengarkan suara Tuhan, suara cinta yang berbicara dalam hatinya, dan karena itu pada gilirannya belajar berbicara dalam bahasa cinta, menerjemahkannya dalam kemurahan hati dan pemberian diri.” (Admin)