VATIKAN,KITAKATOLIK.COM—Kegembiraan hati merupakan salah satu ciri utama dari seorang murid Kristus. Kesejatian kita sebagai murid Kristus baru nampak ketika kita memiliki kegembiraan hati atau bersukacita.
“Jangan lupa-kegembiraan hati. Ini adalah batu ujian untuk mengetahui apakah seseorang adalah seorang murid: Apalah dia memiliki sukacita di dalam hati? Apakah kita memiliki sukacita di hati kita? Inilah intinya,” kata Paus Fransiskus sebelum mendaraskan Doa Malaikat Tuhan (Angelus), kepada para peziarah dari jendela yang menghadap ke lapangan Santo Petrus, Minggu (13/2/2022).
Wejangan Paus bertolak dari bacaan Injil Lukas 6:20-26 tentang Sabda Bahagia. Secara khusus Paus menyoroti ayat 20, “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.” Menurut Paus, ayat ini menunjukkan identitas murid Kristus. Dan ada dua hal yang ditegaskan, yaitu mereka (para murid) diberkati dan mereka miskin.
“Ya, mereka diberkati karena mereka miskin. Maksudnya bahwa para murid Yesus tidak menemukan sukacita mereka dalam uang, kekuasaan, atau barang-barang materi lainnya. Tetapi dalam karunia yang mereka terima setiap hari dari Tuhan yaitu karunia kehidupan, ciptaan, saudara-saudari dan seterusnya,” kata Paus.
Pernyataan itu, tambah Paus, bisa jadi bertolak belakang dari pandangan atau logika manusiawi. Secara manusiawi kita cenderung berpikir bahwa yang bahagia itu adalah mereka yang kaya, dengan banyak barang, yang menerima pujian dan banyak orang iri padanya, yang memiliki segala kepastian.
Logika manusiawi ini, kata Paus, bertolak belakang dengan logika Tuhan Yesus. Dalam pandangan Yesus, kesuksesan duniawi merupakan kegagalan karena didasarkan pada keegoisan yang membubung dan kemudian mengosongkan hati.
Ditegaskan, bukan Tuhan yang harus masuk ke dalam logika kita, tetapi kita ke dalam logika-Nya. Dan ini membutuhkan perjalanan panjang, terkadang melelahkan, tetapi selalu disertai dengan kegembiraan.
“Sebagai murid Kristus, marilah kita bersukacita dengan sukacita yang datang dari Yesus. Dengan membebaskan kita dari perbudakan egoisme, Tuhan membuka ketertutupan kita, melarutkan kekerasan kita dan menghantar kita kepada kebahagiaan sejati, yang sering ditemukan di tempat yang tidak kita harapkan,” katanya.
“Semoga Bunda Maria, murid pertama Tuhan, membantu kita hidup sebagai murid yang terbuka dan penuh sukacita,” tutup Paus. (Admin)