Paus Fransiskus: Kristus Bukanlah Tokoh Kenangan Masa Lalu!

VATIKAN,KITAKATOLIK.COM—Kristus bukanlah kenangan masa lalu. Ia bukan hanya tokoh sejarah. Ia bukan seorang tokoh ideal yang teladannya sangat sulit kita ikuti, seperti  gunung sangat tinggi yang tak mungkin sanggup kita daki hingga puncaknya.

“Sebaliknya, Yesus hidup. Ia hidup di dunia. Ia hidup di dalam gereja. Ia menemani kita, Dia ada di sisi kita. Dia menawarkan kepada kita SabdaNya dan rahmatNya, yang mencerahkan dan menyegarkan kita dalam perjalanan. Dia, seorang pembimbing yang ahli dan bijaksana, yang dengan senang hati menemani kita di jalan yang paling sulit dan paling tidak dapat diakses,” pesan Paus Fransiskus sebelum membawakan doa Angelus pada Minggu (27/8/2023) dari jendela yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, Vatikan.

Hal itu disampaikan Paus Fransiskus terkait bacaan Injil hari itu yaitu tentang siapakah anak manusia itu (Matius 16: 13-20).

Secara umum, kata Paus, banyak orang yang memandang Yesus sebagai guru yang hebat, sebagai pribadi yang istimewa, yang baik, benar, konsisten dan berani. Tapi, masih menurut Paus, pandangan seperti itu belumlah cukup.

“Memang,  jika [Yesus] hanyalah seseorang dari masa lalu – seperti tokoh-tokoh yang dikutip dalam Injil, Yohanes Pembaptis, Musa, Elia, dan para nabi besar yang diperuntukkan bagi masyarakat – dia hanya akan menjadi kenangan indah di masa lalu,” tegas Paus seperti dikutip Hannah Brockhaus dari Catholic News Agency.

Yesus, kata Paus, tidak ingin dikenal hanya sebagai tokoh sejarah. Ia ingin dekat dengan kita.

“Kristus bukanlah tokoh dari masa lalu, melainkan Kristus, yaitu Mesias, yang dinantikan di masa kini. Bukan pahlawan yang telah meninggal, melainkan Putra Allah  yang hidup, yang menjadi manusia dan datang untuk berbagi kegembiraan dan kerja keras dalam perjalanan kita,” katanya.

Paus lalu mengajak umat Katolik untuk bertanya dan merenungkan siapakah Yesus bagi diri kita masing-masing.  Apakah Yesus adalah sosok yang hebat, sebuah titik acuan, sebuah model yang tidak dapat dicapai? Ataukah Putera Allah  yang berjalan mendampingi kita, yang  dapat menuntun kita  menuju puncak kesucian yang tak dapat kita capai sendirian. (Admin/CNA).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *