VATIKAN,KITAKATOLIK.COM—Salib kecil yang tergantung di leher kita masing-masing atau yang melekat di dinding rumah, hendaknya menjadi tanda komitmen kita untuk berpartisipasi dengan Kristus dalam keselamatan dunia dan bukan sekedar hiasan belaka.
“Marilah kita pastikan bahwa salib yang tergantung di dinding rumah, atau salib kecil yang kita kenakan di leher, adalah tanda keinginan kita untuk bersatu dengan Kristus dalam melayani saudara-saudari kita dengan kasih, terutama yang terkecil dan paling rapuh. Salib adalah tanda suci Cinta Tuhan, dan itu adalah tanda Pengorbanan Yesus, dan tidak boleh direduksi menjadi benda takhayul atau perhiasan semata,” tegas Paus Fransiskus dalam sapaannya pada Doa Malaikat Tuhan dari jendela yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, Minggu (30/8/2020).
Bapa Suci menambahkan, setiap kali kita memandang gambar Kristus yang disalibkan, kita disadarkan bahwa sebagai Hamba Tuhan yang sejati, Ia telah memenuhi misi-Nya dengan memberikan nyawa-Nya dan menumpahkan darah-Nya untuk pengampunan dosa.
“Karena itu, janganlah kita membiarkan diri kita jatuh dalam godaan si Jahat. Jika kita ingin menjadi murid-Nya, kita harus meniru Dia dengan menghabiskan hidup kita tanpa syarat untuk kasih Tuhan dan sesama,” tandasnya.
Jangan lari dari Salib
Penegasan tersebut dikatakan Paus Fransiskus terkait bacaan Injil hari minggu tersebut yaitu Matius 16: 21-27 yang berisi pemberitahuan tentang misteri kematian dan kebangkitan Yesus. Ia berkata bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Perkataan-Nya itu, kata Paus, tidak dapat dimengerti oleh para murid, karena mereka memiliki iman yang masih belum dewasa dan terlalu terikat dengan mentalitas dunia ini. Mereka memikirkan kemenangan yang terlalu duniawi, dan karena alasan ini mereka tidak memahami bahasa salib. Seperti diekspresikan oleh sikap Petrus, mereka tidak menerima bahwa kemuliaan-Nya harus melalui salib.
“Dia memiliki iman, dia percaya kepada Yesus. Dia ingin mengikutiNya, tetapi dia tidak menerima bahwa kemuliaan-Nya akan melewati sengsara. Bagi Petrus dan murid-murid lainnya, salib adalah suatu hal yang tidak menyenangkan, salib adalah “skandal”. Tapi Yesus menegaskan bahwa melarikan diri dari salib-lah yang merupakan skandal karena itu berarti melarikan diri dari kehendak Bapa, dari misi yang telah Dia percayakan kepada-Nya untuk keselamatan kita,” urai Paus sambil menambahkan bahwa setan selalu menggoda kita untuk melarikan diri dari salib. (Admin)