Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia.
Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: “Mari, berdirilah di tengah!” Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja.
Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia. (Markus 3: 1-6).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DALAM Injil hari ini, kita melihat sikap orang-orang Farisi yang hanya mau mencari-cari alasan dan kesempatan untuk mempersalahkan Yesus. Mereka memiliki kecenderungan untuk hanya mencari-cari kesalahan orang lain, untuk menjatuhkan orang lain atau merusakkan nama baik orang lain yang “rajin” berbuat baik dan benar dan berbagi kasih.
“Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka (orang-orang Farisi) ‘mengamat-amati’ Yesus kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka mempersalahkan Dia!” (Markus 3:1-2).
Berhadapan dengan mereka itu, Yesus marah dan menegur mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang? … Ia berdukacita karena kedegilan hati mereka dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya kepada mereka lalu berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya!” (Markus 3:4-5).
Kata-kata Yesus itu merupakan pukulan telak bagi mereka yang suka mencari-cari kesalahan orang dengan tujuan untuk menjatuhkan, membinasakan, menghancurkan, bahkan mematikanNya. Yesus menunjukkan bahwa berbelas kasih dan berbuat kasih (berbuat baik dan benar, cinta kasih) untuk keselamatan manusia dan alam ciptaan lainnya berada di atas segala aturan dan hukum.
Kita diajak untuk tidak memiliki kebiasaan mencari-cari kesalahan orang lain untuk “menjatuhkannya”. Sebaliknya, kita diajak untuk “berbelas kasih dan berbagi kasih (mengulurkan tangan)”, berusaha mencari jalan keluar terbaik untuk memperbaiki kesalahan/keadaan orang lain.
Prinsipnya ialah selalu berbuat yang terbaik dan terindah untuk kebaikan orang lain dan lingkungan alam ciptakaan lainnya, apapun keadaan, baik ataupun tidak baik waktunya. Lebih baik melakukan sesuatu yang baik dan menyelamatkan serta menguntungkan daripada menghancurkan dan merugikan orang lain.
Semoga hati kita seperti Hati Yesus yang selalu berbelaskasih dan berbagi kasih, mengulurkan tangan, berusaha mencari jalan jeluar untuk melakukan yang terbaik dan terindah untuk kebahagiaan dan keselamatan orang lain dan lingkungan alam ciptaan lainnya.
Semoga dengan bantuan doa Bunda Maria, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita semua yang rajin berbuat kebaikan dan berbagi kasih kepada orang lain dan lingkungan alam ciptaan lainnya. Amin.
