Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah,lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.”
Kata-Nya lagi: “Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”
Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri. (Markus 4: 26-34).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng
SEKARANG kita hidup dalam zaman atau “budaya” serba instan. Budaya instan merasuki hampir semua lini kehidupan manusia. Disadari atau tidak, budaya itu sering membuat manusia (kita) menjadi pribadi yang tidak sabar, berorientasi hasil instan, pilih jalan pintas, tidak mau ikut proses, tidak tahan menderita, tidak setia, dan tidak tekun. Mau serba kilat atau instan!
Injil berbicara tentang Kerajaan Allah yang digambarkan dengan perumpamaan tentang penabur dan benih/biji sesawi (sangat-sangat kecil). Biji sesawi dan segala jenis biji tumbuhan, baru tumbuh, menjadi pohon, dan menghasilkan banyak buah jika ditabur, dimasukkan ke dalam tanah. Biji itu harus mati/hancur dulu, kemudian menghasilkan hidup baru. Biji sesawi yang kecil menjadi pohon yang besar dan memberikan perlindungan bagi burung-burung. Proses pertumbuhannya tidak disadari/diketahui oleh si penabur.
Benih dan pertumbuhan Kerajaan Allah itu berasal dari Allah. Allah ada, hidup, hadir, bekerja, campur tangan di setiap “lini kehidupan” manusia. Allahlah yang hidup, berkarya, dan “meraja” di setiap lini kehidupan manusia dan mahluk ciptaanNya. Allahlah yang menjadi inner dan hidden power-nya! Maka Allah bekerja dan mengerjakan semuanya secara “diam-diam”, tekun, tabah, dan sabar. Allah bekerja dengan lembut, pelan, tidak kentara, tetapi memiliki “daya tumbuh” dalam setiap lini kehidupan itu. Ada “kekuatan dalam dan tersembunyi, tenaga dalam, kekuatan/rahmat atau kuasa Allah” dalam setiap lini kehidupan kita. Tidak terjadi secara instan!
Maka dibutuhkan “kerjasama” antara Allah dan kita. Kita diminta untuk turut bekerja dan berjuang dalam “proses” itu. Janganlah kita tinggal diam saja, tanpa mau bekerja dan berjuang keras! Jangan juga kita bekerja, berjuang keras dengan mengabaikan peran-serta/campur tangan Tuhan dalam setiap lini kehidupan kita. Beri waktu dan tempat yang pas untuk “inner power” ini dalam setiap lini kehidupan saya, anda. Dibutuhkan keterbukaan hati, kesabaran, ketekunan, pengorbanan dan kesetiaan.
Selamat bekerjasama dengan Tuhan. Selamat menghadirkan Tuhan Allah/inner dan hidden power-Nya dlm perjuangan hidup kita.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang tetap mengandalkan inner dan hidden power dari Tuhan Allah di tengah kesibukan duniawi ini di sini saat ini. Amin.