Pada suatu ketika, Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya. Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” (Lukas 6: 39-42).
Oleh: Romo John Tanggul,Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
KITA pernah memiliki Presiden yang memiliki problem matanya, yaitu Presiden Abdurrahman Wahid. Saat terpilih, hampir semua pihak meyakini bahwa gangguan matanya secara fisik akan dilengkapi dengan “mata hati”-nya , kecerdasan dan ketulusan hatinya. Dapat disimpulkan mata fisik memang penting, tetapi jauh lebih penting dan tidak boleh dipandang sebelah mata atau diabaikan adalah mata hati, mata batin /kasih dan mata iman.
Dalam Injil hari ini Yesus mengeritik orang-orang (kita) yang mampu menggunakan mata fisiknya, namun “mata hati”nya kotor sehingga selalu melihat dan memandang kejelekan, kekurangan orang lain dan tidak mampu melihat kekurangannya sendiri.
Orang yang hatinya kotor atau pikirannya kotor akan cenderung melihat kekurangan, kelemahan, kejelekan orang lain. Sulit sekali melihat hal-hal positip, kebaikan, kelebihan, keunggulan dan keberhasilan orang lain. Inilah ciri orang munafik, orang yang “buta hati dan pikirannya”.
Yesus mengeritik dan menegaskan: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?… Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?… Hai orang munafik, kekuarkanlah balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” (Luk. 6:39.41-42).
Apakah kita sudah memiliki dan menggunakan “mata hati/batin (mata kasih) dan mata iman dengan baik dan benar untuk melihat kebaikan dan kelebihan sesama kita? Ataukah kita sudah dan suka “memaku” sesama kita pada masa lalunya yang buruk, jahat, jelek dan “tertutup mata hati” untuk melihat kebaikan dan kelebihannya “sekarang ini dan di sini”?
Kalau kita masih memberi “cap buruk” kepada orang lain, maka baiklah kita “yang buta mata hati” memohon penyembuhan dari Yesus agar mata hati kita tidak buta lagi, mata batin kita menjadi jelas dan terang lagi untuk melihat dan menerima kebaikan, kelebihan dan kekurangan serta kelemahan orang lain apa adanya. Doakan, “Bapa, bersihkanlah mata hati atau batin kami agar mampu melihat kebaikan-kebaikan yang ada pada sesama kami sekecil apapun.”
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang memiliki mata hati/batin, mata kasih dan mata iman yang baik dan benar “saat ini di sini”. Amin.