Suatu ketika, Yesus bersabda kepada murid-muridNya: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” (Matius 7:21.24-27).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DALAM masa Adven ini kita diajak untuk menata kembali kehidupan iman kita pada landasan yang kokoh dan kuat. Kualitas iman kita akan menentukan “daya tahan” kita dalam menghadapi berbagai “cobaan, beban, penderitaan, persoalan hidup” di atas panggung dunia ini. Kita sering berhadapan dengan “hantaman” hujan, banjir dan “terpaaan badai” hidup ini (sakit, penyakit, penderitaan, problem hidup, cemoohan, kekerasan, penindasan, penganiayaan, diskriminasi, dan lain-lain badai semacam itu).
Di tengah semua “badai” hidup itu, kita diajak untuk tidak hanya berseru “Tuhan, Tuhan”, melainkan juga dan terutama ialah menemukan dan melaksanakan rencana dan kehendak Tuhan dalam atau di balik “badai” hidup ini. Bukan hanya mendengarkan Firman Tuhan, melainkan juga melaksanakannya. “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalan Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.” (Matius 7:21).
Yang mendengarkan dan melakukan kehendak Allah dipandang sebagai orang bijaksana (mendirikan rumah hidupnya di atas batu) sedangkan yang hanya mendengarkan dan tidak melakukan kehendak Allah dipandang sebagai orang bodoh (mendirikan rumah hidupnya di atas pasir).
Kita diajak untuk mendengarkan dan melaksanakan rencana, kehendak Allah dalam hidup yang penuh “badai” ini (agar tidak dicap orang bodoh, tapi orang bijaksana). Percayalah kepada rencana dan kehendak Allah. Kita kuat karena Tuhan Allah ada, hadir dan bekerja maksimal dalam diri dan hidup kita yang penuh “badai” ini.
Tuhan Allah dan FirmanNya adalah pelita bagi kaki kita dan “terang” bagi jalan kita dalam hidup yang penuh “badai” ini. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang setia mendengarkan dan melaksanakan rencana dan kehendak Allah dalam hidup yang penuh “badai” ini. Amin.