Pada suatu hari, Yesus naik ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya.
Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: “Ia menghujat Allah.”
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” –lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu–:”Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!”
Dan orang itupun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia. (Matius 9:1-8).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
“MENGAPA kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?” (Matius 9:4). Itu adalah kata-kata Yesus kepada beberapa ahli Taurat (kita) yang tidak mau menghargai kebaikan atau perbuatan baik yang telah dilakukan Yesus (penyembuhan terhadap seorang yg sakit lumpuh).
Mereka selalu melihat sisi negatif dari kebaikan yang telah dilakukan Yesus. Mereka selalu cenderung memikirkan hal-hal yang jahat terhadap kebaikan orang lain, termasuk terhadap Yesus. Mereka selalu melihat sisi gelap/negatif dan berpikir negatif. Mereka selalu memakai “kaca mata/riben” negatif untuk melihat kebaikan Yesus, orang lain
Mungkin kita juga seperti mereka. Melihat dan berpikir negatif. Melihat dan memikirkan “hal-jal yang jahat dalam hati kita” terhadap kebaikan orang lain, bahkan terhadap kebaikan Tuhan. Tidak mengakui dan tidak percaya terhadap kebaikan orang lain, kebaikan Tuhan terhadap kita.
Kita diajak oleh Tuhan Yesus untuk melihat dan berpikir baik. Melihat dan berpikir positif terhadap “kebaikan orang lain dan Tuhan”. Percaya sungguh kepada kebaikan dan kuat kuasa Tuhan. Percaya dan menghargai kebaikan orang lain dan Tuhan. Bukan sebaliknya, selalu mencari celah atau sisi negatifnya untuk merendahkannya. Selalu saja memperbesar “satu kesalahan kecil” untuk menutup “seribu satu” kebaikan orang lain. Buanglah kacamata/riben negatif kita.
Selamat melihat sisi positif dan berpikir positif terhadap kebaikan Tuhan dan orang lain saat ini – di sini. Jangan tunda-tunda lagi. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang selalu melihat sisi positif dan berpikir positif terhadap kebaikan Tuhan dan sesama. Amin.