“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.
Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu. Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup. Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” (Yohanes 14: 15-21),
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
APAKAH kita sadar kalau yang “berkarya besar” dalam hati, hidup, dan aktivitas harian kita adalah Allah Roh Kudus, Roh Kebenaran, Roh Penolong, Roh Penghibur, Roh Pembela, Roh Penasihat, Roh Peneguh yang diutus Bapa? Roh Kudus itulah yang Yesus janjikan untuk diutus untuk menolong, menuntun, “menghibur, mendampingi, membela” kita, “bekerjasama dengan kita” baik dalam suka maupun dalam duka saat ini di sini. “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku!” (Yohanes 15:26).
Roh Kuduslah yang membuka hati, pikiran, kehendak kita untuk “berbuat” yang terbaik dan terindah untuk Tuhan, orang lain dan diri sendiri. Roh Kuduslah yang “bekerja” dalam hati, diri, hidup dan karya kita setiap saat dan di sini. Roh Kudus itulah yang “memampukan” kita untuk bisa “berbuat besar”.
Roh Kudus itulah yang ‘memimpin, mendampingi, dan memberi kekuatan kepada kita. Roh Kudus adalah “penghibur, pendamping, pembela” di kala kita “susah, sedih, sakit, berada dalam persoalan hidup, dalam kesulitan penderitaan, dan lain-lain peristiwa dan pengalaman hidup kita yang serba “gelap”.
Roh Kudus itulah yang bisa “mengubah menjadi baru” semua pengalaman hidup kita yang gelap. Roh Kudus itulah yang memungkinkan adanya “karya besar, mukjizat besar” dalam hidup kita.
Contoh yang paling nyata tapi mungkin kurang dirasakan atau disadari/dihayati adalah pada peristiwa konsekrasi dalam perayaan Ekaristi , di mana segala doa, persembahan roti dan anggur (kolekte atau ganti persembahan material) kita segera diubah menjadi tubuh dan darah Kristus, berkat pencurahan Allah Roh Kudus. “Sungguh kuduslah Engkau ya Bapa, sumber segala kekudusan. Maka kami mohon kuduskanlah persembahan ini ‘dengan pencurahan RohMu’ (Roh Kudus), agar bagi kami (diubah) menjadi tubuh dan darah puteraMu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus!”
Karena itu, kita hendaknya mulai “saat ini di sini” selalu berdoa supaya Roh Kudus itu turun dan tinggal serta berkarya besar dalam hati, pikiran, perkataan, perbuatan dan karya kita. Agar kita selalu diperbaharui, “dihibur, didampingi, dibela, dibimbing, dikuatkan” dalam hidup kita yang “sering gelap”. Yakinlah Allah Roh Kudus “selalu membuat mukjizat besar” dalam diri dan hidup kita, asalkan kita mau bekerjasama denganNya.
Selamat datang hai Allah Roh Kudus. Selamat menetap dalam hati, hidup dan karya kita. Selamat menghibur, menolong dan mendampingi kita.
Semoga dengan bantuan doa Maria dan Santo Yosef, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang selalu mau bekerjasama dengan Allah Roh Kudus. Amin.