Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.
Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. (Yoh. 14: 23-29).
Oleh: Romo John Tanggul Wangkung, Keuskupan Ruteng
HIDUP kita akan terasa bahagia kalau dijiwai atau dihidupi semangat dan sikap cinta kasih(mengasihi, mencintai) kepada Tuhan, sesame (siapa saja, suami, istri, anak-anak, sahabat, kenalan, “musuh”, dan lain-lain) dan diri sendiri.
Inti atau fokus sikap atau semangat cinta, mencintai, mengasihi adalah memberi, memberi dan memberi yang terbaik dan terindah (mengorbankan diri, menyerahkan “nyawa” untuk menghidupkan orang lain dan Tuhan) tanpa mengharapkan balasan, imbalan atau terimakasih.
Memberi, memberi dan memberi yang terbaik dan terindah sesuai dengan kemampuan kita. Bukan “do” (saya memberi) “ut” (supaya, dengan harapan) “des” (engkau memberi kembali/membalas)! Do ut des, adalah ungkapan bahasa Latin. Terjemahan bebasnya, “ada udang di balik batu”. Ini bukan Cinta yang asli! Ini cinta palsu! Cinta gombal!
Cinta menginginkan yang terbaik dan terindah untuk “yang lain” (Tuhan, sesama, lingkungan hidup).
“Tidak ada kasih yang lebih besar/agung daripada kasih seorang (Yesus, kita) yang memberikan (menyerahka) nyawa untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15: 13). Bonusnya untuk kita (diri sendiri) yang sudah, sedang, akan “memberikan nyawa” untuk “yang lain” adalah kebahagiaan, sukacita, kegembiraan, damai sejahtera dari Tuhan sendiri. “Barangsiapa (kita) mengasihi Aku (tanpa ada “prinsip do ut des“) , ia (kita) akan menurut FirmanKu (bukan menuruti kehendak sendiri) dan BapaKu (Allah Bapa) akan mengasihi dia/kita (bonus dari Tuhan) dan Kami (Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus – seluruh kekuatan Tuhan) akan datang kepada dia, kita (bonus dari Tuhan) dan diam bersama-sama dengan dia, kita (lagi-lagi bonus dari Tuhan)”.
Kata Yesus dalam Yoh.14: 23. “Damai sejahtera Kutinggalkan bagi kita, Damai SejahteraKu Kuberikan kepadamu, ku” (Yoh 14: 27 – lag-lagi bonus diberikan Tuhan). Dan bonus dari Tuhan selalu yang terbaik dan terindah untuk kita pada waktunya.
Selamat mengasihi, mencintai Tuhan, sesama dan diri sendiri. Selamat mempraktekkan cinta sejati, asli, tulen tanpa prinsip “do ut des”. Selamat menikmati bonus-bonus dari Tuhan sendiri saat ini di sini. Selamat berhari Minggu.