Renungan Rabu, 10 Agustus 2022: Belajar Berkorban demi Meraih Yang Lebih Mulia dan Luhur

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya   untuk hidup yang kekal. 

Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.” (Yohanes 12: 24-26).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

Injil hari ini berbicara tentang sikap dan semangat kemartiran, yaitu  “rela mati”, rela berkorban demi mengikuti Yesus; berani berkorban demi sesuatu yang lebih luhur dan mulia; dan di sini sukacita, kegembiraan, kebahagiaan, keselamatan, kebaikan umum/orang lain adalah sesuatu yg lebih luhur dan mulia.

Sikap dan semangat “berkorban” ditunjukkan dalam tiga bentuk. Pertama, rela mati. “…sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yoh. 12:24).

Kedua, tidak mencintai nyawa. “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa ‘tidak mencintai nyawanya’ di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk  hidup yg kekal”. (Yoh. 12:25).

Ketiga, melayani Tuhan dan orang lain. “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayanKu akan berada. Barangsiapa melayani Aku (dan orang lain) akan dihormati Bapa”. (Yoh. 12:26).

Semua pernyataan Yesus di atas hendak menegaskan sikap dan semangat pengorbanan dan pemberian diriNya (pelayananNya) yang penuh dan total untuk keselamatan manusia, untuk kebaikan umum/orang lain, kita.

Seluruh peristiwa hidup dan karya Yesus sebenarnya mau meneguhkan iman kita dan sekaligus mau mengajak dan memampukan kita untuk berani berkorban, menjadi “martir” untuk  sesuatu yang lebih luhur dan mulia.

Semangat berkorban (kemartiran) ini diwujudkan dalam hal-hal yang sederhana seperti dalam  sikap peduli, rela menolong, mendahulukan kepentingan orang lain, dan lain-lain  semacam itu.

Dengan menunjukkan sikap atau semangat pengorbanan dan pelayanan total dan penuh (omnia in caritate: motto Uskup Ruteng), kita akan “dihormati dan dimuliakan” oleh Allah Bapa. “Barangsiapa melayani Aku (berkorban), ia akan dihormati Bapa”. (Yoh. 12:26).

Semoga dengan bantuan doa St. Laurentius, martir yang kita rayakan pestanya hari ini, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita  yang memiliki sikap dan semangat berkorban/kemartiran dan pelayanan total dan penuh kasih (omnia in caritate). Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *