Sekali peristiwa, orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”
Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.
Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Matius 22: 15-21)
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
KETIKA Yesus dijerat oleh orang-orang Farisi “entah boleh membayar pajak kepada Kaisar atau tidak”, Yesus meberi jawaban ini: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat. 22:21).
Yesus menunjukkan keteladanan kepada kita sebagai warga negara (Kaisar) dan warga Kerajaan Allah (Gereja) yang beragama Katolik untuk memberi porsi yang tepat, seimbang dan adil kepada Kaisar (negara) dan kepada Allah.
Memberi porsi yang tepat dan proporsional terhadap kewajiban dan tanggungjawab kita sebagai warga negara dan warga agama. Beri waktu dan perhatian yang seimbang untuk kepentingan negara dan agama, tanpa mengabaikan yang satu dan mengutamakan yang lain. Beri waktu dan tempat yang seimbang sesuai dengan porsinya. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk berdoa/beribadat. Ada waktu untuk negara, ada waktu untuk Allah. Ada waktu untuk berdoa (ora), ada waktu untuk bekerja (labora).
Ada yang menjadi hak Kaisar, ada yang menjadi hak Allah. Apa yang menjadi hak Kaisar harus dikembalikan kepada Kaisar, dan apa yang menjadi hak Allah harus dikembalikan atau diberikan kepada Allah. Allah juga mempunyai hak untuk meminta “sesuatu” dari manusia (kita).
Kita harus mengembalikan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah. Tetapi persoalannya, kita terkadang bahkan sering menganggap segala sesuatu yang kita miliki sebagai milik kita sendiri, bukan miliki Allah. Kita menganggap hidup, kekayaan, harta milik, kesehatan, pangkat, jabatan, keluarga, atau “apa saja” sebagai milik kita. Padahal berulangkali kita diingatkan lewat berbagai peristiwa dalam hidup kita bahwa hal-hal itu bukanlah milik kita, melainkan milik Allah. Inilah cara pandang kita sebagai orang beriman Katolik dalam mengisi kemerdekaan negara RI.
Maka hayati dan amalkan hidup keagamaan dan warga negara kita dengan rasa tanggungjawab yang penuh. Selamat mengisi kemerdekaan NKRI ke-77. Selamat menjadi warga yang 100 prosen beragama apa saja (Kristen Katolik) dan 100 prosen warga NKRI. Selamat merayakan HUT Kemerdekaan NKRI ke-77.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang sadar diri untuk betul-betul menghayati dan mengamalkan hidup yang 100 prosen Warga NKRI, dan 100 prosen warga agama kita (Kristen Katolik). Amin.