Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”
Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”
Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?” (Markus 4:35-41).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
KETIKA para muridNya menghadapi “angin ribut, angin taufan, badai yang dahsyat, ombak menyembur masuk ke dalam perahu hidup mereka, mereka berteriak dan “membangunkan” Yesus sambil berkata: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa? Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: Diam! Tenanglah!” (Markus 4: 38-39).
Badai hidup (besar-kecil, berat-ringan, ganas-jinak) selalu ada, dan akan tetap ada dalam lautan hidup ini. Bila dihadapi dengan tenang, sabar, rendah hati, dan penuh iman (melibatkan Tuhan Allah di dalamnya), akan menghantar kita ke “pelabuhan hidup” yang aman, tenang dan pasti karena adanya kesadaran bahwa Tuhan Allah itu sungguh luar biasa, ajaib, selalu siap membantu meredakan dan menenangkan dan mendiamkan “ombak, angin ribut, badai yang selalu menerpa atau mengombang ambingkan perahu hidup kita.
Karena itu, janganlah mengesampingkan Tuhan Allah dalam menjalani/menjalankan “roda kehidupan ini” yang silih berganti antara di “atas dan bawah” roda. Janganlah melupakan untuk menyertakan dan menghadirkan Tuhan Allah dalam “perahu hidup” kita. Ingalah selalu, Tuhan Allah ada, hadir, terlibat, bekerja di sana sebagai “inner dan hidden power“.
Tuhan Yesus “sedang tidur” dalam perahu hidup kita. Jangan lupa: Bangunkanlah Dia, kapan di mana saja, now and here, terutama pada Misa Harian (vakultatip) dan wajib pada Hari Minggu atau Hari-hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu. Dia pasti akan bangun menolong kita. Janganlah kita “menidurkan” Tuhan dalam perahu hidup ini, entah ada angin ribut ataupun tidak ada!
Selamat melibatkan Allah dalam perahu hidup kita “saat ini di sini”. Tetap menomorsatukan Tuhan di tengah kesibukan duniawi ini! Jangan kesampingkan Tuhan saat ini di sini.
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita semua yang selalu melibatkan Tuhan Allah dalam perahu hidup kita msing-masing saat ini di sini. Amin.