Renungan Sabtu, 28 Oktober 2023: Bertobatlah, Kembalilah Kepada Tuhan Sumber Kebahagiaan Kita! (Lukas 13: 1-9)

Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus  dengan darah korban yang mereka persembahkan.

Yesus menjawab mereka: “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam,  lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat,  kamu semua akan binasa atas cara demikian.”

Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah  pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!

Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!” (Lukas 13: 1-9).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.

TUHAN Allah merindukan anak-anakNya  menikmati hidup bahagia. Kebahagiaan sejati terwujud ketika manusia  dipenuhi oleh cinta kasih dan kedamaian. Bisa dilihat dan dirasakan sendiri,  walaupun secara materi berkelimpahan dan tidak berkekurangan, sulit sekali bagi kita  untuk merasakan kebahagiaan, jika kita jauh dari Tuhan dan tidak bisa hidup rukun dengan “orang lain” (suami, istri, anak,  tetangga,  kenalan,  dan lain-lain). Kita pun tidak akan bahagia jika berada pada jalan yang salah  (berdosa dan bersalah).

Agar kita bisa kembali merasakan  sukacita,  kegembiraan dan kebahagiaan sejati,  maka jalan yang ditempuh adalah  pertobatan, bertobat. Kata Yesus dalam Injil hari ini: “Sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari kesalahan semua orang lain yg diam di Yerusalem? Tidak! KataKu kepadamu.  Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binansa atas cara demikian!” (Lukas 13: 4-5).

Pertobatan, bertobat adalah usaha untuk  meluruskan hidup kita yang  “bengkok”. Pertobatan mampu memulihkan hubungan yang baik dengan  Tuhan Allah dan dengan sesama, karena lewat pertobatan kita menerima pengampunan dosa. Allah yang berbelaskasih  akan memberikan  belaskasihNya kepada kita melalui pengampunan dosa.  Belaskasih Allah (pengampunan Allah) inilah yang mampu menyembuhkan luka-luka yang disebabkan oleh dosa,  sehingga kita  akan menemukan kembali kebahagiaan dalam hidup ini.

Persoalannya apakah kita mau benar-benar bertobat? Terkadang kita  tidak tahu berada dalam “posisi” apa,  sehingga tidak tahu lagi mana jalan yang benar.  Hidup menjadi “kabur dan hilang orientasi/tujuan” bagaikan kapal di tengah lautan lepas yang kehilangan “nahkodanya”.

Semua akan menjadi  “terang” jika kita kembali pada titik awal kehidupan ini, yaitu kembali kepada Allah, sumber hidup dan kebahagiaan kita dengan jalan tidak jemu-jemunya bertobat.

Bunda Maria adalah tokoh teladan kita yang selalu kembali ke jalan Allah,  menyerahkan segalanya kepada  rencana dan kehendak Allah: “Terjadilah padaku menurut perkataanmu”. Selamat bertobat. Selamat kembali kepada Tuhan Allah! Selamat kembali ke sumber hidup dan kebahagiaan kita!

Semoga dengan bantuan doa Bunda Maria dan Santo Yosef, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang selalu mau kembali kepada Allah, sumber hidup dan kebahagiaan kita.  Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *