Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia.
Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.
Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain. (Lukas 9: 51-56).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
SESUNGGUHNYA belaskasih dan keselamatan Allah itu bersifat universal. Belaskasih dan keselamatan Allah itu tertuju bagi semua orang. Ia tidak membeda-bedakan waktu, tempat maupun penerima keselamatan itu. BelaskasihNya mematahkan belenggu perbedaan dan kesombongan manusiawi. Namun seringkali manusia (orang Samaria, kita) menolak keselamatan dan belaskasih Allah.
Kita diajak untuk terbuka menerima keselamatan dan belaskasih Allah yang selalu mendatangi kita saat ini di sini. Bila keselamatan dan belaskasih Allah selalu terbuka dan diberikan kepada “siapa saja”, maka kita diajak untuk “selalu berusaha mencari dan menemukan dan menerima keselamatan dan belaskasih Allah itu dalam dan di tengah kesibukan harian kita “di sini saat ini”.
Semoga dengan bantuan doa Keluarga Kudus Nazareth, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang selalu berusaha mencari dan menemukan dan menerima keselamatan dan belaskasih Allah dalam hidup ini. Amin.