Sekali peristiwa, Yesus mengajar banyak orang. Salah seorang dari mereka berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”
Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” (Lukas 12: 13-21).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
“BERJAGA-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang ( saya, anda) berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu,” kata Yesus dalam Injil hari ini (Luk. 12:15).
Harta benda atau kekayaan duniawi yang diwujudkan dalam perbuatan baik untuk Tuhan dan orang lain adalah suatu perbuatan yang dilandasi iman. Perlu disadari supaya jangan “tamak” atau rakus, dalam arti harta kekayaan itu dipandang sebagai segalanya “untuk diri sendiri” dalam hidup ini, hanya kaya di hadapan atau untuk diri sendiri. Ini namanya “orang kaya yang bodoh”, kata Yesus dalam Injil hari ini.
Karena keselamatan itu bersifat kekal, maka hal-hal yang profan (harta kekayaan duniawi) tidak bisa menjamin untuk sampai pada keselamatan kekal. Harta kekayaan bukanlah sumber keselamatan atau tujuan akhir hidup kita. Harta kekayaan adalah sarana dan bersifat sementara saja. Kepada seorang kaya yang menimbun kekayaannya dalam lumbung dalam perumpamaan hari ini, Firman Allah berkata: “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?” (Luk. 12: 20).
Jika harta kekayaan kita (sekecil apapun) dimanfaatkan juga untuk kepentingan Tuhan dan sesama, maka harta kekayaan itu bernilai tinggi karena bisa mendekatkan diri kita dengan Tuhan dan menjadi sarana untuk menyalurkan rahmat dan berkat serta kesejahteraan atau kebahagiaan bagi sesama. Ini namanya “orang kaya yang pintar dan bijaksana”.
Persoalannya sering kali ketika orang (kita?) sudah berlimpah-limpah harta kekayaannya, ia tidak semakin murah hati, tetapi semakin tertutup hati untuk membagi kasih untuk kepentingan Tuhan dan sesama. Sudah banyak contoh di dalam masyarakat di mana harta kekayaan membuat orang yang berharta kekayaan itu menjadi orang yang jahat, jauh dari Tuhan dan sesama.
Ingatlah bahwa harta kekayaan bukanlah segala-galanya. Maka tetaplah memiliki harta iman. Kita perlu sadar dan hati-hati agar tidak dikendalikan oleh harta kekayaan, namun sebaliknya mampu menggunakan juga itu dengan “pintar dan baik” untuk kepentingan Tuhan dan sesama. Ini baru namanya kita adalah “orang kaya yang pintar dan bijaksana”; kita menjadi kaya di hadapan diri sendiri, di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama.
Bunda Maria adalah tokoh teladan bagi kita dalam hal kaya di hadapan Tuhan dan sesama karena imannya yang kuat kokoh. Selamat menjadi orang kaya yang pintar dan bijaksana. Semoga dengan bantuan doa Bunda Maria dan Santo Yosef dan Santo Ignatius, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang menjadi orang kaya yang pintar dan bijaksana di hadapan Tuhan dan sesama. Amin.