Romo Eko Mengaku Panggilannya Tumbuh Karena Rumah Orangtua Sering Dipakai untuk Pertemuan Lingkungan

TANGERANG,KITAKATOLIK.COM—Menyediakan rumah untuk ketempatan kegiatan-kegiatan lingkungan (umat basis) memberikan pengaruh positif bagi munculnya benih-benih panggilan untuk menjadi imam. Beberapa pastor menyaksikan hal tersebut, salah satu di antaranya adalah  Pastor Constantius Eko Wahyu OSC.

Pastor yang dikenal luas melalui kotbah-kotbahnya yang bernas, populer dan menarik ini mengaku bila benih-benih panggilannya untuk menjadi imam muncul dalam keluarganya yang selalu membuka rumahnya untuk kegiatan-kegiatan di lingkungan.

“Sejak kapan saya ingin menjadi pastor? Ya, sejak kecil karena aktif di lingkungan. Saya jadi aktif dalam setiap kegiatan lingkungan karena rumah ayah saya selalu dipakai untuk pertemuan lingkungan,” kata pastor Eko dalam Perayaan Paskah Lingkungan Antonius Padua, Wilayah Sari Bumi, Paroki Curug, Santa Helena, Minggu (16/4/2023) yang lalu. Dihadiri anggota lingkungan, terutama anak-anak, Paskah bersama ini mengusung tema “Mengenal Dia dan Kuasa KebangkitanNya”.

Keikutsertaan kita dalam setiap kegiatan lingkungan, jelas Pastor Eko,  akan menguatkan iman kita. Sebab selain  karena relasi pribadi dengan Tuhan dalam doa, meditasi, pembacaan Kitab Suci, iman kita bertumbuh dalam komunitas, salah satunya adalah komunitas basis atau lingkungan.

“Aktif di lingkungan seharusnya membuat kita senang dan pada  akhirnya bisa saling menguatkan,” katanya.  Potensi untuk menemukan pasangan seiman pun terbuka di lingkungan.  “Adik saya pacaran dengan teman lingkungan, dan sekarang menikah dengan  teman selingkungan,” tambahnya.

Terkait rahmat kebangkitan, pastor Eko mengajak umat untuk terus menumbuhkan imannya. Dan pertumbuhan itu tidak muncul begitu saja, tapi harus dirawat, sama halnya dengan pohon.

Bertolak dari simbol-simbol Paskah seperti telur, lilin, air babtis, kelinci, dan kupu-kupu, pastor Eko meminta umat untuk selalu menjadi lebih baik, lebih peduli dan lebih aktif dalam aktivitas yang menumbuhkan dan mengembangkan iman.

“Yang paling bagus itu simbol kupu-kupu. Sebelum jadi kupu-kupu dia jadi kepompong. Sebelum kepompong, dia jadi ulat. Dan ulat itu kalau mau jadi kupu-kupu, dia diam, tidak makan, lalu akhirnya tumbuh kepompong  dan  dari sana muncul kupu-kupu  yang indah. Kupu-kupu selalu bagus. Semangat keangkitan itu harus seperti itu. Kita jadi orang katolik harus jadi orang yang lebih baik, lebih peduli, lebih mau aktif lagi,” katanya.

Pesta paskah lingkungan ini dikemas dengan berbagai permainan yang melibatkan seluruh umat, baik anak-anak (BIA), orang dewasa hingga para lansia. Juga lagu-lagu pujian dengan gerak yang dinamis seperti lagu “Dalam Yesus kita bersaudara”, “Yesus pokok dan kitalah carangnya”, “Topi saya bundar”.

“Kami berharap pesta  ini dapat memantik semangat umat untuk terlibat dalam setiap kegiatan di lingkungan,” kata Lukas L. Koban, Ketua Lingkungan Antonius Padua. (Paul MG).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *