Romo Eko Wahyu:Jika Tak Punya Semangat Hidup, Anda Sesungguhnya Masih Hidup dalam “Kuburan”

KITAKATOLIK.COM—Kebangkitan adalah dasar iman kristiani. Karena itu  pengalaman kebangkitan harus dialami secara pribadi oleh setiap orang. Tak boleh hanya sekedar karena mendengar dari orang lain. Sebagai pengikut Kristus, kita harus punya semangat hidup dan hidup dalam sukacita yang  penuh.

“Kalau ada pengikut Yesus  masih hidup dalam keputusasaan, kekecewaan, tidak punya semangat hidup, tak bersukacita, Anda masih berada  dalam kuburan. Anda belum mengalami kebangkitan bersama Yesus. Jadi setiap umat beriman harus mengalami kebangkitan bersama Yesus. Baru Anda mejadi anak-anak Paskah sejati,” kata Pastor Constantius Eko Wahyu, OSC dalam kotbahnya dalam misa Vigili Paskah, Sabtu (16/4/2022) di Paroki Curug, Santa Helena, Tangerang.

Pengalaman perjumpaan dengan Yesus yang bangkit, kata Pastor Eko, akan mendatangkan iman yang lebih teguh dibandingkan bila hanya dari mendengarkan kata orang belaka.

Setelah mendengarkan cerita tentang  kubur kosong, batu yang terguling yang membuktikan kebangkitan Yesus, Petrus dan Yohanes lalu datang ke kubur,  mau menyaksikan sendiri. Mereka merasa harus bertemu dengan Yesus secara pribadi yang sudah bangkit.

Setelah itu Yesus menampakkan diri dalam dua murid ke Emaus. Lalu kepada seluruh muridNya dan yang terakhir saat Yesus naik ke sorga.

“Pengalaman kebangkitan harus dialami secara pribadi oleh setiap orang. Tak boleh hanya dengar dari orang lain,” katanya lagi.

Tuhan tetap sabar

Dalam kondisi normal, misa Vigili atau malam penantian Paskah, umat disuguhi 9 bacaan dari Alkitab. Dan dari bacaan-bacaan tersebut terekspresi tujuan penciptaan manusia yaitu menyelamatkannya.

Beberapa kali mereka berkhianat pada Tuhan, tapi Tuhan tetap setia pada janjiNya untuk menyelamatkan mereka.

“Tuhan tetap sabar. Walaupun kamu berkhianat,  Allah tak akan pernah merubah janjiNya. Masalahnya adalah apakah kamu layak atau tidak,” kata Pastor  Eko.

Tri-hari Suci, kata Pastor Eko, seharusnya  membuat kita sadar  bahwa perjalanan  kita tak hanya sampai pada romantisme menangis melulu. Tapi pada rasa syukur dan rasa kasih akan karya keselamatan Allah, syukur dan kasih pada  karya Tuhan melalui Yesus. (Admin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *