Saat Merasa Roh Kita Makin Lemah Dan Tubuh Makin Tak Terkendali, Berpuasalah!

JAKARTA,KITAKATOLIK.COM—Apakah artinya puasa? Apakah hanya tidak makan dan minum, atau menahan diri dari sesuatu selama waktu tertentu, dengan cara tertentu dan yang lain tidak?

“Kalau hanya sampai di situ, kita sampai kepada penghayatan lahiriah, formalitas dan ritual belaka,” kata Pastor  A. Hani Rudi Hartoko, SJ dalam kotbahnya dalam Perayaan Ekaristi Jumat Pertama (4/9/2020) yang dimulai pukul 18.00 WIB.

Menurut pastor paroki Katedral Jakarta ini, esensi dari puasa dapat ditemukan dalam kata “matiraga”.

“Dengan berpuasa, kita mematikan raga kita, melatih mendisiplinkan raga kita, supaya raga kita menjadi nyambung dengan jiwa kita. Supaya roh kita dan Roh Allah nyabung.  Roh memang kuat, tapi daging lemah,” jelasnya.

Guna puasa, kata dia, adalah memperkuat raga kita, melatih raga kita supaya rohnya makin kuat dan tubuh kita selalu nyambung dan siap digerakkan oleh Roh. Bukan malah menghalangi Roh.

“Jadi puasa kita itu tidak hanya melepaskan diri dari sesuatu, makan minum misalnya,  tapi supaya kita menata diri, melepaskan diri dari kelekatan tak teratur, sehingga kita selalu memilih apa yang menjadi kehendak Allah. Ya, supaya hidup kita selalu digerakkan Roh Tuhan pada kita.”

Menurut pastor Hani, puasa itu tidak terikat masa atau bulan tertentu, tapi kapan saja, lebih-lebih pada saat kita merasa roh kita makin lemah dan tubuh kita makin tidak bisa dikendalikan.

Mengikuti gerak roh

Selain terbebas dari kelekatan tak teratur, puasa berarti membiarkan diri dibimbing Yesus dan Roh Kudus.

“Kita diajak untuk merdeka dari pelbagai kelekatan tak teratur untuk mudah terbuka mengikuti gerak roh.  Itulah makna anggur baru dalam kantong yang baru. Kantong yang baru itu masih bisa melar, memiliki elastisitas. Memiliki kapasitas untuk menampung hal-hal yang baru, untuk  bertumbuh, berkembang, adaptasi, inovasi dan kreativitas,” urai pastor Hani.

Ditegaskannya lagi, bila hanya sekedar tidak makan dan minum, kita hanya mendapatkan rasa  lapar dan haus saja dan tidak bertumbuh secara rohani. (pamago)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *