Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”
Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.
Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.” (Matius 9: 14-17).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
MENGUBAH Acara pandang dan keyakinan yang sudah lama dipegang (meski salah kaprah), tidaklah gampang, sekalipun tuntutan pembaharuan atau perubahan tidak bisa lagi dihindari. Semakin sulit berubah kalau seseorang (kita) tidak mempunyai semangat atau mental di dalam diri untuk maju, berkembang dan berubah.
Murid Yohanes dalam Injil hari ini mempertanyakan dan mempermasalahkan para murid Yesus yang tidak berpuasa seperti dirinya dan orang-orang Farisi. “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-muridMu tidak?” (Matius 9:14). Pertanyaan murid-murid Yohanes ini memberikan gambaran bahwa mereka tidak mengerti “Siapa Yesus dan para muridNya serta perubahan, pencerahan, pembaharuan yang (sudah, sedang, dan akan) dilakukan oleh Yesus”.
Penjelasan Yesus kepada murid-murid Yohanes mengandung makna dan pesan bahwa kehadiran diriNya bersama para muridNya menginginkan adanya perubahan, pencerahan, pembaharuan mental dan cara berpikir, cara pandang dan cara bertindak.
Kehadiran Yesus dan para muridNya mau membawa perubahan, pembaharuan, pencerahan. Yesus dan ajaranNya adalah “Anggur Baru” yang harus disambut dengan “cara baru dan benar”. Anggur yang baru harus disimpan dalam “kantong” yang baru pula, bukan kantong yang lama”.
Kita adalah kantong itu. Diharapkan kita adalah kantong yang baru. “Anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya!” (Matius 9:17).
Selamat menerima “anggur baru” dan selamat menjadi “kantong baru” supaya lebih bersatu dengan Kristus, sang Anggur Baru. Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian. Amin.