Sambut Paskah 2023, Uskup Ruteng Minta Umat Bangun Tata Ekonomi SAE

RUTENG,KITAKATOLIK.COM—Mengisi masa Prapaskah dan menyambut Paskah 2013, Uskup Keuskupan Ruteng Mgr. Siprianus Hormat Pr mengajak seluruh umat Allah, terutama di Keuskupan Ruteng untuk mengembangkn tata ekonomi Baru yaitu tata ekonomi SAE yang merupakan akronim dari Sejahtera, Adil, Egologis.

Himbauan itu tertuang dalam Surat Gembala Prapaskah/Paskah 2023 Keuskupan Ruteng berjudul “Berilah Aku Minum”  yang dikeluarkan pada Rabu (8/3/2023) dan ditandangani langsung oleh Mgr. Siprianus Hormat.

Menurut Uskup Sipri, ungkapan “Berilah Aku Minum” (Yohanes 4:7) merupakan seruan untuk membaharui komitmen KASIH kita yang diturunkan dari pernyataan Yesus sendiri kepada perempuan Samaria di Sumur Yakub.

“Permintaan itu adalah simbol rintihan orang-orang zaman ini yang terpuruk dalam lembah kesengsaraan mendalam. Yesus menyuarakan duka derita setiap orang yang menjerit akan pembebasan dan pertolongan,” kata Mgr Sipri.

Ia menyebutkan beberapa jeritan jaman kini yang mengundang umat beriman untuk turut tergerak dan terlibat dalam menolong mereka. Antara lain para korban peperangan yang masif dan mengenaskan di berbagai belahan bumi seperti di Ukraina. Juga puluhan ribu orang terjepit dalam puing-puing kehancuran gempa bumi di Turki dan Syria, dan juga di Cianjur, dalam wilayah tanah air kita.  Ditambah tak terbilang jumlah orang-orang yang mengalami kemiskinan dan kelaparan akibat resesi ekonomi dunia. Belum lagi  anak-anak dan perempuan yang menjadi korban kekerasan di tengah masyarakat dan bahkan di dalam keluarga.

“Begitu banyak orang zaman ini yang haus akan perhatian, dukungan dan kasih sayang. Melalui mulut Yesus, mereka semua menjerit: berilah aku minum! Yesus – seperti halnya kepada wanita Samaria – juga berpaling kepada kita semua dan mengetuk hati belarasa kita. Dia mengajak kita semua untuk bergerak menolong semua orang yang menderita. Kita didorong untuk bergandengan tangan merangkai rajutan solidaritas di tengah-tengah dunia yang haus dan lapar ini,” tulis Bapak Uskup.

Ekonomi SAE

“Berilah Aku minum”, lanjut Uskup Sipri, juga merupakan  rintihan Tuhan yang mendorong pastoral ekonomi berkelanjutan di keuskupan Ruteng  pada tahun 2023 ini. Program pastoral ini sangatlah kontekstual, sebab data aktual memperlihatkan bahwa sekitar 21% warga di Manggarai Raya masih hidup di bawah garis kemiskinan.

“Dalam situasi kemelaratan umat ini, kita dipanggil untuk gencar dan kreatif bersama-sama membangun kesejahteraan ekonomi dan terlibat dalam program mengentaskan kemiskinan di bumi Nucalale ini,” katanya.

Dia menambahkan, kita tidak hanya melakukan karya diakonia karitatif, yang memberikan bantuan material langsung kepada korban yang membutuhkan, tetapi juga karya diakonia transformatif yang menganimasi dan memfasilitasi umat agar dapat mengembangkan ekonomi yang mensejahterakan “di atas kaki sendiri”.

Uskup juga mengaitkan motto Ekonomi SAE (Sejahtera, Adil dan Ekologis) dengan tradisi dan semangat prapaskah.  Memurut uskup, motto ini sangat relevan dan cocok dengan tradisi puasa (pantang), sedekah dan berdoa dalam masa Prapaskah ini.

“Dengan melakukan puasa dan pantang, kita sesungguhnya mengolah dan mengendalikan diri, agar hati kita semakin terbuka lebar bagi sesama yang menderita. Puasa adalah bagian dari gerakan ekonomi yang solider. Melalui puasa dan pantang, kita membatasi kebiasaan makan-minum (konsumtif) dan dengan itu mengurangi eksploitasi alam. Ini adalah bagian dari gerakan ekonomi yang ekologis. Selanjutnya, dengan bersedekah, kita terlibat dalam gerakan memuaskan lapar dan dahaga sesama yang menderita; maka, sedekah adalah wujud nyata ekonomi yang berbagi. Dengan berdoa, kita mengungkapkan bahwa seluruh aspek kehidupan hanya memperoleh makna dan pemenuhannya yang sejati ketika terarah kepada persatuan dengan Allah,” jelasnya.

Uskup juga menyinggung peralihan percakapan antara perempuan Samaria dan Yesus. Awalnya   Yesus meminta air kepada perempuan Samaria, tetapi kemudian perempuan itu dituntun untuk menemukan sumber air sejati dalam diri Yesus.

“Ini menegaskan bahwa hanya dalam diri-Nya, manusia memperoleh minuman hidup kekal, yang memuaskan dahaga hidup yang fana ini. Hal itu berarti bahwa seluruh pastoral pengembangan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan umat hanya terwujud dalam perjumpaan dan persatuan dengan Yesus, sumber air kehidupan yang sejati,” tambah Uskup dalam surat gembala yang dibacakan secara serentak di paroki-paroki sekeuskupan Ruteng, Minggu (12/3/2023).

Gerakan solidaritas

Ditegaskan pula, gerakan ekonomi SAE juga bertolak dari peristiwa salib Tuhan, yang kita renungkan dan hayati secara khusus dalam masa Prapaskah ini. Yesus memikul salib, bukan sekadar untuk berbelarasa dengan manusia yang menderita; melainkan salib sesungguhnya merupakan protes terhadap segala bentuk penindasan, pemerasan, kemiskinan dan kekerasan di tengah dunia ini.

“Salib adalah ungkapan perjuangan Tuhan untuk membangun dunia baru yang adil, sejahtera dan manusiawi. Salib adalah gerakan keluar dari egoisme, termasuk keluar dari lingkaran ekonomi yang hanya terarah kepada profit/keuntungan, menuju ekonomi yang mengabdi pada martabat pribadi manusia dan melayani kesejahteraan bersama. Salib adalah sebuah protes terhadap ekonomi narsis, dan sebuah proklamasi ekonomi solider. Karena itu Jalan Salib bukanlah sekadar ekspresi emosional kita yang terharu dan iba dengan Tuhan yang menderita, melainkan merupakan gerakan solidaritas kita untuk membangun kehidupan bersama yang sejahtera, adil dan bahagia. Dengan demikian perjuangan mewujudkan ekonomi berkelanjutan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ziarah iman yang mengikuti jalan salib Tuhan,” urainya.

Momentum transformatif

Terkait Paskah, Mgr. Siprianus menegaskan bahwa apa saja yang dibuat bersama Tuhan tak pernah sia-sia.  Manakala kita berjalan dengan Yesus dalam peristiwa salib, kita boleh juga bersukacita dengan-Nya dalam peristiwa Paskah. Dalam kebangkitan Yesus, Allah memaklumkan kemenangan kehidupan atas kematian, kerahiman atas dosa manusia, cinta atas kebencian, solidaritas atas egoisme. Inilah yang menguatkan meresapi dan menginspirasi kita dalam perjuangan nyata untuk membangun dunia baru yang bersaudara dan berkeadilan.

“Paskah bukanlah sekadar perayaan liturgis yang berakhir dengan gegap gempita nyanyian halleluya, melainkan sebuah momentum transformatif. Perayaan kebangkitan Tuhan merupakan perutusan bagi kita untuk memperbarui diri dan merajut dunia dengan peradaban kasih. Perayaan Paskah tahun ini adalah panggilan dan tugas mulia untuk kita semua, umat Allah Keuskupan Ruteng dalam membangun sebuah tata kehidupan ekonomi baru, yakni ekonomi SAE: Sejahtera, Adil, dan Ekologis,” tutupnya. (Admin/komsos keuskupan Ruteng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *