JAKARTA, KITAKATOLIK.COM—Mengapa umat beriman harus memelopori upaya-upaya untuk memelihara kelestarian lingkungan hidup? Adakah dasar biblis atau teologis mengapa kita harus sungguh-sunguh memelihara lingkungan hdup? Ada banyak tentunya. Dan Pastor Dr. Andang Listya Binawan SJ menyebut tiga di antaranya yang bersumber dari Kitab Suci.
Pertama, dalam Kitab Kejadian diceritakan bahwa Tuhan menciptakan segalanya dan semuanya baik adanya. Jadi harus dipelihara baik-baik. “Yang diciptakan itu bukan hanya manusia, bukan hanya tumbuhan, tapi juga batu-batu, air dan segala macam. Itu semua harus kita pelihara,” kata pastor Andang.
Dalam kisah penciptaan itu juga disebutkan bahwa manusia diciptakan pada hari keenam. “Itu sebenarnya mau menyatakan bahwa kehidupan manusia itu tergantung pada ciptaan sebelumnya, pada tanaman-tanaman, pada batu-batuan, pada air, pada udara. Jadi manusia bukan raja, tapi dia harus memelihara,” jelasnya.
Kepada segala makhluk
Kedua, sebelum naik ke sorga, Yesus berpesan kepada umat-Nya untuk mewartakan khabar gembira kepada seluruh makhluk. “Jadi kita diutus untuk memberikan khabar gembira atau cintakasih Allah itu bukan hanya kepada manusia, tapi juga seluruh makhluk,” katanya.

Dengan membuat lobang bio pori, kita memberitakan khabar gembira kepada cacing. Dengan itu kita mencitai tanah, dengan mencintai tanah, kita mencintai tanaman. Dengan mencintai tanaman, berarti kita mencintai manusia. Dengan mencnitai manusia, berarti mencintai Tuhan.
Ketiga, Santo Paulus mengatakan bahwa Kristus adalah yang Sulung dari segala makhluk untuk dibangkitkan. “Jadi sebenarnya binatang juga merupakan ciptaan Tuhan. Apakah binatang mau masuk sorga atau tidak, segala mahluk berharga di mata Tuhan.”
Bertanggung jawab terhadap makhluk lain
Para Uskup yang bergabung dalam KWI di tahun 2013 telah mengeluarkan nota pastoral berjudul “Keterlibatan Gereja dalam Melestarkan Keutuhan Ciptaan”. Salah satu point penting adalah penegasan bahwa manusia adalah citra Allah dan bertanggung jawab terhadap makhluk lainnya.
“Sebagai citra Allah, manusia mempunyai martabat sebagai pribadi yang mampu mengenali dirinya sendiri, menyadari kebersamaan dirinya dengan orang lain, dan bertanggung jawab atas makhluk ciptaan yang lain.”
Manusia, kata para Uskup, adalah rekan kerja Allah dalam menata, menjaga, memelihara dan mengembangkan seluruh alam semesta ini. Allah memberikan kepercayaan kepada manusia untuk memelihara dan mengolah dengan bijaksana alam semesta ini serta berupaya menciptakan hubungan yang harmonis di antara semua ciptaan (bdk. Kej.2:15).
“Oleh karena itu, manusia harus mengelola bumi dengan segala isinya ini dalam kesucian dan keadilan. Manusia tidak berhak memboroskan dan merusak alam serta sumber-sumbernya dengan alasan apapun,” kata para Uskup Indonesia.
Di bagian lain ditegaskan bahwa kehadiran Allah di dunia dalam diri Yesus Kristus ingin menyatakan bahwa kasih-Nya amat besar terhadap manusia dan semua ciptaan. Allah tidak hanya mencipta, tetapi juga melindungi dan memelihara. Allah adalah Kasih (bdk. 1Yoh.4:16) dan kasih itu tidak hanya ditujukan kepada manusia tetapi kepada semua makhluk yang telah Ia ciptakan.
“Solidaritas dan kepedulian Allah terhadap ciptaan-Nya dalam peristiwa penjelmaan menjadi pegangan manusia untuk memperlakukan ciptaan yang lain secara baik,” kata para Uskup sambil menambahkan bahwa manusia harus melepaskan diri dari berbagai kelekatan seperti kekayaan dan kekuasaan (bdk. Mat.6:19-21), yang sering dicapai dengan mengorbankan sesamanya atau makhluk ciptaan Tuhan yang lain. (Paul MG)