KONGO,KITAKATOLIK.COM—DUA minggu sebelum kunjungan Paus Fransiskus ke Kongo, yang dijadualkan pada 31 Januari hingga 3 Pebruari 2023, sebuah bom diledakkan di sebuah gereja Pantekosta di kota Kasindi, Kongo Timur, di perbatasan dengan Uganda.
Akibat serangan tersebut, yang terjadi pada Minggu (15/1/2023) saat jemaat sedang mengikuti kebaktian, 14 orang dikhabarkan meninggal dan 60 orang terluka. Negara Islam mengaku bertanggung jawab atas pengeboman mematikan itu.
Atas peristiwa tersebut, Paus mengungkapkan kedekatannya dengan para korban pemboman tersebut pada Selasa (17/1/2023) kemarin. Dalam doa, Bapa Suci mempercayakan yang meninggal dan yang terluka ke dalam belas kasihan Tuhan. Paus memohon kepada Kristus, Tuhan Kehidupan, agar yang menderita dapat menemukan penghiburan dan kepercayaan kepada Tuhan. Juga memohon agar karunia perdamaian dicurahkan.
Seperti dilaporkan Courtney Mares kepada Catholic News Agency, Paus dijadwalkan mengunjungi ibu kota Kongo Kinshasa dari 31 Januari hingga 3 Februari. Di sana ia akan bertemu dengan para korban kekerasan dari wilayah timur negara itu.
Krisis kemanusiaan
Kekerasan di Kongo Timur telah menciptakan krisis kemanusiaan yang parah dengan lebih dari 5,5 juta orang mengungsi dari rumah mereka, jumlah pengungsi internal tertinggi ketiga di dunia.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Denis Mukwege mengatakan bahwa dia berharap kunjungan paus bulan Januari akan menjelaskan “kejahatan terhadap kemanusiaan” yang terjadi di wilayah timur Negara Demokratik Kongo.
Pasukan Demokrat Sekutu, afiliasi Afrika dari Negara Islam, menyerang sebuah rumah sakit misi Katolik di provinsi Kivu Utara di timur laut negara itu pada Oktober 2022 dan menewaskan enam pasien dan Suster Katolik Marie-Sylvie Kavuke Vakatsuraki.
Kelompok pemberontak bersenjata lainnya, M23, mengeksekusi 131 orang “sebagai bagian dari kampanye pembunuhan, pemerkosaan, penculikan, dan penjarahan terhadap dua desa,” lapor PBB pada 8 Desember 2022. (Admin/CNA).