Tertimpa Bencana, Romo Deken Adonara: “Ini Pengalaman Paskah Sesungguhnya!

FLORESTIMUR,KITAKATOLIK.COM—Hujan yang sudah mulai turun sejak dua hari sebelumnya,  tak menyurutkan semangat umat di paroki-paroki se Dekenat Adonara untuk mengikuti Perayaan Ekaristi pada Sabtu Malam (3/4/2021).  Termasuk  dalam misa terakhir yang digelar dari pukul 21.00 hingga 23.00 WITA.

“Mereka pulang dalam keadaan basah kuyup,” cerita Deken Adonara RD Lasarus Laga Koten. Pada malam Vigili Paskah tersebut  RD Lasarus memimpin Perayaan Ekaristi  di Stasi Riangbunga. Balik dari sana sudah tengah malam. Ia langsung tidur di Paroki Kristus Raja Waiwerang, Adonara.

Hujan masih terus turun, bahkan semakin lebat. Pada pukul   02.00 WITA, Minggu (4/4/2021), saat warga telah terlelap dalam tidurnya, datanglah banjir badang itu.  Meluluhlantakkan semua rumah yang berada di sisi kiri dan kanan sungai Waiwerang. Sekitar 70-an rumah hancur. Delapan orang meninggal.

Di Paroki Santa Bernadeth Soubirous Pukaona yang terletak di lereng  gunung Ile Boleng, Adonara, Flores Timur, terjadi banjir badang di tanah longsor menyebabkan 63 orang meninggal. Sementara lebih dari 70 rumah warga rusak berat.

Pengalaman Paskah

Dipercaya sebagai Romo Deken  sejak 2004, RD. Lasarus merefleksikan bencana di hari Paskah sebagai pengalaman rohani yang sangat unik ketika kebahagiaan Paskah datang berdampingan erat dengan dukacita karena bencana.

Romo Deken Adonara RD. Lasarus Laga Koten

“Inilah pengalaman Paskah yang sebenarnya. Ini pengalaman Paskah yang sesungguhnya, ketika kematian dan kehidupan berdampingan,” kata pastor yang  ditahbiskan menjadi imam tahun 1992 ini.

Betapapun, ia  juga merasa sedih dan prihatin dengan umat yang sebenarnya mengalami kegembiraan hari raya kemudian berubah dengan duka dan penderitaan.

Kini para korban yang meninggal telah dikuburkan secara massal. Sementara yang kehilangan rumah tinggal masih tinggal di tempat-tempat pengungsian.

Meurut RD. Lasarus, banyak hal yang dibutuhkan oleh umat dan masyarakat terdampak bencana saat ini.  Di Waiwerang, yang paling dibutuhkan adalah sembako, selimut, tikar, bantal untuk bisa tidur. Lalu obat-obatan untuk menunjang kesehatan mereka. Di Pukaona, masyarakat membutuhkan  tikar bantal kemudian minyak tanah, juga kayu api.  Juga obat-obatan dan sembako.

Mayoritas umat di Dekenat Adonara adalah petani. Selebihnya adalah sopir, pekerja bengkel, penjaga  toko. Ada juga yang mengusahakan warung.

Kerjasama lintas agama

Menurut Pastor Lazarus, pengalaman bencana ini juga menampilkan solidaritas dan rasa kemanusiaan yang tak terhalang perbedaan keyakinan.  Juga menguatnya kepedulian satu sama lain.

Sebagian pengungsi di tempat pengungsian sementara

“Ada wujud kerjasama yang bagus antara Muslim dan Katolik.  Persaudaraan lintas agama terlihat melalui peristiwa ini. Orang tidak saling membeda-bedakan,” katanya.

Hampir seluruh NTT

Bencana saat Tri hari suci tak  hanya terjadi di Adonara, tapi juga di hampir seluruh daratan NTT dan NTB akibat siklon tropis badai seroja.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo melaporkan pada Rabu (7/4/2021) malam  bahwa sudah 138 orang dilaporkan meninggal dunia di NTT. Sebanyak 67 korban meninggal di Flores Timur. Di Alor sebanyak 25  orang meninggal sedangkan yang hilang 20 orang. Kemudian di Malaka jumlah yang meninggal 4 orang.

Pray and Pay for Adonara

”Selanjutnya di Kabupaten Kupang yang meninggal 5 orang. Kemudian di Kabupaten Lembata yang meninggal 32 orang dan yang hilang 35 orang. Kemudian di Sabu Raijua yang meninggal 2 orang. Selanjutnya di Ende, Kota Kupang dan Ngada masing-masing 1 orang,” papar Doni. (Admin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *