Tiada Batu Sebesar Apapun yang Dapat Halangi Usaha dan Perjalanan Hidup Kita

TANGERANG,KITAKATOLIK.COM—Paskah menghadirkan kehidupan  baru yang diliputi oleh semangat kebangkitan. Kehidupan yang diliputi semangat kebangkitan itu adalah hidup yang tidak mau dikalahkan oleh kebencian, rasa marah yang tiada henti, rasa putus asa, takut, dan sedih yang berkepanjangan.

“Hidup dalam kebangkitan Paskah adalah percaya bahwa tiada batu sebesar apapun yang dapat menghalangi usaha dan perjalanan hidup kita,” kata Pastor Constantius Eko Wahyu, OSC dalam kotbahnya saat Vigili Paskah, Sabtu (3/3/2021) yang dimulai pukul 20.00 WIB di Paroki Curuq, Santa Helena, Lippo Karawaci, Tangerang.

Di bagian awal kotbahnya, pastor Eko menjelaskan bahwa dari semua bacaan yang dibacakan pada malam Paskah atau vigili tersebut, terlihat sekali bahwa  Allah tak pernah jerah, tidak pernah kapok dan tidak pernah menyesal mencitai manusia.

“Bahkan pada akhirnya,  walaupun anakNya ditolak, mati, tetapi akhirnya pada hari ketiga, Ia bangkit. Bukti bahwa Allah membenarkan Yesus. Allah membela Yesus,” katanya.

Terkait bacaan Injil (Markus 16, 1-7) Pastor Eko menjelaskan tentang kekhawatiran ketiga perempuan yaitu Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome tentang siapa kiranya yang bisa menggulingkan batu yang menutupi kubur Yesus? Tapi sampai di sana, ternyata batu penghalang itu telah terguling.

Bukan di kuburan

Mereka berjumpa dengan seorang pemuda berpakaian putih. Menurut Pastor Eko, pemuda itu merupakan imajinasi sebagai bentuk kehadiran orang kudus, malaikat.

Dan yang menarik adalah pernyataan dari pemuda atau malaikat itu.

“Kamu salah mencari Yesus. Yesus tidak tinggal di tengah orang mati. Yesus tidak tinggal di kuburan, ia sudah bangkit. Ia mendahului  kamu ke Galilea dan disana dia akan menampakkan  diri kepada kamu.”

Galilea dipilih karena di sanalah tempat Yesus bekerja, tempat Yesus membuat mukjizat, tempat Yesus memberikan pewartaan.

“Jadi Markus rupanya mau memperlihatkan kepada kita bahwa Yesus tidak hadir dalam kematian. Dia hidup, hadir di dalam kehidupan,” kata salah seorang pastor Paroki Curug ini.

Kalau kita mau hidup sebagai seseorang yang dihidupi oleh semangat Paskah, lanjut Pastor Eko, kita harus menjadi seseorang yang hidupnya penuh dengan semangat dan digerakkan oleh harapan.

“Juga digenangi oleh kasih Allah, bukan menjadi orang yang hidupnya tanpa usaha, tanpa perjuangan, tanpa harapan,” tambahnya. (Admin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *