Tiap Jumat dalam Prapakah Kita “Jalan Salib”, Bagaimana Sejarahnya?

KITAKATOLIK.COM—Setiap Jumat selama masa Prapakah, umat Katolik berkesempatan mengikuti ibadah Jalan Salib. Melalui 14 stasi atau perhentian, umat mengikuti dan merenung peristiwa-demi peristiwa sengsara Yesus, mulai dari pengadilan oleh Pilatus hingga dimakamkan.

Dalam bahasa Latin, salah satu bentuk devosi tradisional Katolik ini  disebut “Via Crusis” atau juga “Via Dolorosa”  atau  jalan sengsara atau penderitaan yang merupakan visualisasi serta permenungan  tentang kisah sengsara dan penderitaan terakhir Yesus.

“Mari kita merenungkan Yesus yang menjadi kurban karena cinta kasih-Nya”, begitu ajakan kepada umat yang menjadi lagu pembukaan Jalan Salib. Dalam lagu singkat itu, terkristalisasi makna terdalam dari Jalan Salib itu sendiri. Yaitu merenungkan perjalanan sengsara dan penderitaan Yesus yang menjadi kurban demi penebusan dosa oleh karena cintaNya.

Sejak awal kekatolikan  

Menurut beberapa sumber, devosi Jalan Salib berawal dari kebiasaan para peziarah yang mengunjungi Yerusalem di awal sejarah kekristenan.  Sejak abad keempat, pada jaman Kaisar Konstatin, para peziarah telah mempunyai tradisi berdoa merenungkan sengsara Yesus melalui jalan yang sekarang dikenal dengan Via Dolorosa.

Mereka mengikuti tradisi yang sebelumnya telah dipraktekkan oleh gereja perdana. Dipercayai, setiap hari setelah wafat-Nya, Bunda Maria mengunjungi rute perjalanan sengsara Puteranya Yesus, dari tempat-Nya dihukum  mati sampai ke Golgota.

Santo Hieronimus (347-420 M) juga mencatat banyaknya peziarah yang mengunjungi tempat-tempat kudus di Yerusalem pada zamannya. Terlihatlah bahwa tradisi merenungkan sengsara Yesus  Kristus lewat Jalan Salib sudah berlangsung lama dan berkembang di Yerusalem dan sekitarnya. .

Berkembang ke dunia barat

Pada tahun 1096-1270, terjadi perang salib. Para Tentara atau Ksatria Kristen Eropa datang ke Yerusalem dan sempat pula menjelajah dan mengenal kota-kota suci yang telah dikuduskan oleh penderitaan dan kematian Yesus. Termasuk juga ziarah ke tempat-tempat kudus tersebut.

Oleh mereka, ibadah Jalan Salib ini dibawa ke dunia Barat pada abad 12. Dan hampir semua Gereja di dunia Barat, teristimewa pada masa Prapaskah, penderitaan dan wafat Yesus Kristus diperingati secara khusus.

Para Paus mendorong perkembangan ibadat Jalan Salib ini dengan memberikan indulgensi. Untuk memperoleh indulgensi, orang harus menjalani jalan salib dari stasi ke stasi dan bila dilakukan dalam  suatu ibadat bersama akan diberikan indulgensi istimewa.

Pada tahun 1342, otoritas Gereja menyerahkan beberapa tempat di Yerusalem kepada Ordo Fransiskan (OFM). Pendiri OFM, Santo Fransiskus Asisi, memprakarsai kegiatan devosi Jalan Salib, terutama setelah beliau  menerima “Stigmata” (Lima Luka Yesus).

Fransiskus bersama dengan rekan-rekan sekomunitasnya terus melakukan devosi Jalan Salib  secara konsisten sebagai bagian dari permenungan misteri sengsara Tuhan Yesus,  mulai dari Taman Getsemani hingga wafat-Nya di puncak Golgota.

Perhentian

Pada awalnya Jalan Salib tidak ada perhentian-perhentian seperti sekarang. Rute yang ditempuh dalam rangka Jalan Salib berubah dari waktu ke waktu. Malahan, masing-masing kelompok umat menawarkan sejumlah perhentian berbeda dan menetapkannya pada lokasi yang berbeda pula.

Maka setelah itu dikenal beberapa versi Jalan Salib, seperti yang ditetapkan oleh Alvarest Yang Terberkati (1420), Eustochia, dan Emmerich (1465) dan Ketzel.

Baru pada pada abad ke 18, Paus Klemens XII menetapkan jumlah dan lokasi perhentian Jalan Salib secara definitif sampai sekarang.

Dari 14 Perhentian Jalan Salib, hanya 8 di antaranya yang tertulis dengan jelas di Alkitab. Sementara perhentian 3, 4, 6, 7, dan 9 tidak tertulis secara implisit di Alkitab, termasuk perhentian ke-13 (Yesus diturunkan dari Salib oleh Yusuf dari Arimatea) dianggap sebagai tambahan saja agar terlihat lebih runtut.

Pada Jumat Agung 1991, Paus Yohanes Paulus II memperkenalkan versi baru yang disebut “Scriptural Way of Cross” (Jalan Salib menurut Alkitab). Lalu, pada 2007, Paus Benediktus XVI menyetujui versi ini dan dapat dipakai dalam meditasi dan perayaan.

Urutannya adalah: Perhentian (1). Yesus di Taman Getsemani; (2). Yesus dikhianati Yudas dan ditangkap; (3). Yesus diadili oleh Sanhedrin (Makhamah Agama); (4). Yesus disangkal oleh Petrus; (5). Yesus diadili Pilatus; (6). Yesus dicambuk dan dimakhotai duri; (7). Yesus memanggul salibnya; (8). Yesus dibantu Simon dari Kirene untuk memanggul salibnya; (9). Yesus bertemu dengan wanita-wanita Yerusalem; (10). Yesus disalibkan; (11). Yesus menjanjikan kerajaannya kepada pencuri yang disalibkan bersamanya; (12). Yesus menitipkan Maria dan Yohanes untuk saling merawat satu sama lain; (13). Yesus wafat di salib; (14). Yesus dibaringkan di kuburnya. (Admin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *