JAKARTA, KITAKATOLIK.COM.– Menjelang tahun politik tokoh lintas agama berkomitmen untuk merawat Kebhinnekaan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam acara Sarasehan Lintas Agama bertema “Merawat Kebhinekaan Menumbuh Kembangkan Toleransi Antar Umat Beragama dan Menolak Gerakan Intoleran” di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (27/9/2017).
Sarasehan Lintas Agama, secara resmi dibuka oleh Ketua PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A. atau sering dikenal Said Aqil Siroj melalui pemukul bedug yang disaksikan oleh enam perwakilan tokoh agama (Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu) dan para undangan.
Dua tahun yang akan datang akan menjadi tahun politik lantaran penyelenggaraan Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019.Dalam kesempatan itu, Said Aqil Siroj mengatakan dengan sikap intoleransi seperti yang terjadi saat ini, kuatir agama sangat rentan untuk dijual. Hal ini akan sangat berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika agama sudah dijual bisa menyebabkan terjadinya perpecahan. Keadaan ini, umat harus diajak untuk membangun kembali persatuan.
“Juga faktor politik, memasuki tahun politik rasanya kok sudah panas sekali. Ini sangat berbahaya kalau sudah politik kemudian ada isu agama. Kalau agama sudah dijual untuk kepentingan politik, baik untuk kemenangan maupun untuk memecah belah, dua-duanya salah,” ungkap Kia Said.
Tidak hanya itu, Kiai Said juga menyindir sejumlah orang Indonesia yang kerap bergaya kearab-araban. Menurutnya, budaya semacam itu tak cocok jika diterapkan di Indonesia.
“Saya merasa miris lantaran budaya Timur Tengah itu kerap disalahgunakan untuk menebar kebencian bagi kelompok-kelompok lainnya. Mengapa orang Indonesia yang menempuh pendidikan di Timur Tengah itu pulang ke Tanah Air malah membawa budaya yang notabene tak cocok diterapkan di tanah air.
“Ini tidak cocok. Tak akan pas. Sementara sekarang ini ada saudara kita yang memaksa, budaya Arab dibawa kesini. Dia billang ‘Atas nama Islam’ ini salah. Tigabelas tahun dan empat anak saya lahir disana tapi yang saya bawa ke Indonesia hanya ilmu,” kata Said.
Hal senada juga dikatakan Wakil Ketua Umum PBNU, Prof Dr H Maksum Machfoed kepada kitakatolik.com. Menurutnya untuk merawat kebhinnekaan antar umat beragama maka harus saling memahami dan dengan silaturrahim nantinya bisa membendung hal-hal yang negatif.
“Kita harus saling memahami. Kemudian dengan silaturrahim bersama insya Allah kita bisa membendung hal-hal yang negatif secara bersama-sama. Dalam menyambut tahun politik biasanya banyak berita yang dipolitisasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh sebab itu umat diharapkan untuk tidak mudah terprovokasi dan tetap mempercayai tokoh agama,” ucapnya.
Sementara RD. Agus Ulahayanan, Sekretaris Eksekutif, Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan, Waligereja Indonesia mengatakan bahwa sebenarnya dalam menyambut tahun politik, para pilitisi harus mengubah perilaku yang menghalalkan segala cara.
“Jadi para politisi supaya mengembangkan politik yang berbudaya yang beradab. Jangan politik yang tidak berbudaya atau politik yang biadab, seperti memainkan isu SARA. Sudah tahu itu isu yang sangat sensitif, tidak perlu dipakai untuk kepentingan politik kan,” ujarnya.
Hal yang baik seperti ini sebaik terus dilakukan. Untuk terus menjalin tali silaturahmi, Romo Agus berharap jangan hanya pihak PBNU saja yang menjadi tuan rumah. Namun bergilir saja.
“Kita bergilir saja agar tali silaturahmi bisa berjalan secara baik. Jangan hanya PBNU saja yang menjadi tuan rumah. Kesempatan berikutnya KWI sebagai tuan rumah, kami siap” ujar Romo Agus
Pada ksempatan itu, para pemuka agama menyampaikan deklarasi. Berikut isinya:
- Kami umat beragama di Indonesia, sepakat berkomitmen untuk konsisten menjunjung toleransi antarumat agama dan senantiasa saling menghormati.
- Kami umat beragama di Indonesia, sepakat menjaga Pancasila sebagai ideologi negara serta mengamalkan dalam keteladanan sikap.
- Kami umat beragama di Indonesia, sepakat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk final untuk bangsa dengan nilai-nilai kebinekaan sebagai acuan berbangsa dan bernegara.
- Kami umat beragama di Indonesia, sepakat membangun ekonomi bersama untuk kesejahteraan umat menuju kemaslahatan warga yang makmur dan beradab.
- Kami umat beragama di Indonesia, sepakat menjaga keseimbangan, menolak sikap intoleran menghilangkan kesenjangan sosial demi kemaslahatan berbangsa. (Darius Lekalawo)