Di Puncak BUKIT DOA SABDA, Senator Maya Rumantir mengingatkan Teladan Keluarga Yesus

MANADO, KITAKATOLIK.COM–Sore itu, Senin 22 Desember 2025, langit di atas Bukit Doa SABDA Karombasan perlahan meluruh dalam gradasi jingga. Di Puncak Keemasan, sebuah titik yang seolah mendekatkan manusia dengan cakrawala, kehangatan tidak datang dari sisa matahari, melainkan dari sebuah perjumpaan batin yang mendalam.

Senator RI asal Sulawesi Utara, DR. Maya Rumantir, MA., Ph.D, menggelar Ibadah Natal Interdenominasi yang tak sekadar menjadi seremoni tahunan. Bersama staf kantor DPD RI Perwakilan Sulut, Laskar Merah Putih (LMP) Markas Daerah Sulut, Kelompok Doa SABDA, hingga puluhan anak panti asuhan dan kaum janda, sebuah pesan “menggigit” dilepaskan: bahwa keselamatan bangsa dimulai dari meja makan dan ruang tamu keluarga. Keluarga yang bersinar! Keluarga yang bersaksi benar!

Mengacu pada Tema Natal Nasional 2025, “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga”, Maya Rumantir menegaskan bahwa keluarga adalah unit paling krusial yang sedang dalam bidikan kehancuran zaman.

“Allah tidak turun ke istana yang megah, Ia hadir dalam sebuah keluarga bersahaja. Ini tandanya Allah sangat memperhatikan keluarga sebagai gereja terkecil,” ujar Senator Maya Rumantir dengan nada yang bergetar namun tegas. Menurut pemilik lesung pipi yang khas ini, jika keluarga runtuh, maka robohlah pondasi iman dan moral sebuah bangsa.

Momen ini terasa kian puitis karena bertepatan dengan Hari Ibu. Maya menarik garis lurus antara makna Ibu dan peristiwa Natal. Ia melukiskan sosok Maria, Bunda Yesus, sebagai prototipe kesetiaan total.

“Yesus lahir dari rahim seorang ibu tanpa noda. Seorang wanita yang berkata, ‘Jadilah kehendak-Mu, aku hanya hamba-Mu.’ Ini adalah pesan bagi setiap perempuan di Sulut maupun dimana saja bahwa kekuatan terbesar kita bukan pada ambisi, melainkan pada ketaatan untuk menjadi saluran berkat bagi siapa saja,” jelasnya di hadapan para ibu janda SABDA.

Dalam suasana ibadah yang gembira namun bersahaja, Senator Maya Rumantir memberikan suntikan semangat khusus bagi mereka yang sering dianggap lemah oleh dunia.

Kepada para janda, ia berpesan agar tidak membiarkan duka memadamkan cahaya mereka. “Jangan merasa redup. Anda harus tetap bersinar memancarkan kemuliaan Allah,” tegasnya.

Sementara kepada anak-anak panti asuhan, Maya meminta mereka untuk membuang rasa rendah diri. “Kalian adalah pemilik masa depan. Milikilah cita-cita setinggi langit, tapi tetaplah berpijak pada kerendahan hati. Jaga hubungan indah dengan Tuhan lewat doa. Mintalah setiap pagi agar rancangan damai sejahtera yang menaungi langkah kalian, bukan rancangan kecelakaan.”

Di penghujung pesannya, Senator Maya Rumantir melontarkan pengingat yang tajam tentang esensi kekristenan: Kekudusan. “Kejarlah kekudusan, sebab tanpa itu, tak ada mata yang mampu melihat Allah. Hidup kudus bukan berarti tanpa salah, tapi hidup yang terus menerus mau dikoreksi oleh firman-Nya.”

Ada momen mengharukan ketika Sang Senator, yang dikenal sebagai ‘politikus kasih’  di Senayan, merendahkan hati di hadapan anak-anak yatim dan kaum janda. Ia memohon dukungan doa agar dirinya dan keluarga senantiasa dikuatkan dan dijauhkan dari mara bahaya serta niat jahat orang-orang yang tidak menyukai kebenaran.

Ibadah yang syahdu itu ditutup dengan pembagian bingkisan Natal. Namun, lebih dari sekadar paket hadiah, mereka yang pulang dari Puncak Keemasan  membawa “bingkisan” yang lebih abadi: sebuah kesadaran bahwa Natal adalah tentang pulang ke rumah, memperbaiki keluarga, dan menjaga kekudusan di tengah dunia yang kian bising.

Malam pun jatuh di Karombasan. Kota Manado mulai terlelap, namun cahaya dari puncak keemasan Bukit Doa SABDA Karombasan seolah baru saja dinyalakan. Cahaya yang memancarkan optimis baru bahwa hidup ini indah bersama Sang Juru Selamat. Dan cahaya itu akan terus bersinar menerangi ziarah hidup orang benar! (Rpr).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *