Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya.
Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini.
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”
Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya. (Lukas 11: 47-54).
Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang berusaha masuk ke dalam kamu haling-halangi,” kata Yesus dalam Injil hari ini kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Lukas 11:52).
Yesus memberi kecaman yang keras kepada mereka (kita?) untuk memberikan penegasan tentang bagaimana menghayati dan mengamalkan iman yang benar dan nilai-nilai hidup keagamaan yang baik dan benar. Bahwa praktek hidup keagamaan yang baik dan benar, bukanlah sesuatu yang membebankan kita melainkan sebagai suatu sikap iman yang menjunjung tinggi martabat kemanusiaan kita dan sebagai suatu sikap adil terhadap sesama manusia.
Iman kepada Yesus Kristus telah menuntun sikap hidup kita yang percaya akan kebangkitan dan hidup yang kekal. Kita melaksanakan hukum cintakasih bukan sekedar agar dilihat atau dipuji orang, melainkan karena merasa itu sebagai suatu panggilan sebagai orang beriman.
Penghayatan dan pengamalan iman kristiani (kita) berpusat pada kepercayaan kepada Yesus Kristus dan ajaranNya. Setiap orang beriman Kristiani (kita) yang percaya kepada Kristus dipanggil untuk “memelihara dan merawat” iman kepada Yesus Kristus itu dan mempraktekkan iman itu dengan melakukan yang baik dan benar terhadap Tuhan dan sesama manusia.
Yesus mengajak kita hari ini untuk bertanggung jawab dengan iman yang kita hayati dan amalkan. Bunda Maria adalah teladan bagi kita dalam hal merawat, menghayati dan mengamalkan kehidupan keagamaan yang baik dan benar. Hidup baik dan benar serta jujur di hadapan Allah dan sesama.
Semoga dengan bantuan Doa Bunda Maria dan Santo Yosef, Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita yang selalu menghayati dan mengamalkan iman yang benar dan hidup keagamaan yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Amin.