Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.
Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! (Matius 23: 27-32).

Oleh: Romo John Tanggul, Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng.
DALAM bacaan pertama yang diambil dari I Tesalonika 2: 9-13, Paulus menegur umat di Tesalonika atas hal-hal yang dipandangnya tidak sesuai dengan kebenaran Injil, tidak sesuai dengan rencana dan kehendak Allah.
Namun Paulus mengungkapkan hal itu (memberi teguran) atas dasar Kasih, bagaikan kasih seorang bapa kepada anaknya. “Kamu tahu, betapa kami, seperti Bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan minta dengan sangat supaya kamu hidup sesuai dengan Kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaanNya!” (1 Tesalonika 2:11-12).
Paulus mengajarkan dan meneladankan suatu cara menegur atau menasihati orang atas dasar Kasih, bukan atas dasar sikap cemburu dan benci atau maksud buruk lainnya.
Yesuspun terang-terangan mengecam perilaku para ahli Taurat dan orang-orang Farisi (kita) yang hanya mementingkan hal-hal luaran/”kosmetik” (non pokok). Mereka mengira jika hal-hal luaran sudah baik/oke, maka hidup mereka sudah selamat/oke.
Yesus menyebut kemunafikan mereka sebagai hal-hal yang “mencelakakan”. “Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai orang-orang munafik, sebab kalian itu seperti kuburan yang dilabur putih. Sebelah luarnya memang tampak bersih, tetapi sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikianlah pula kalian, dari sebelah luar tampaknya benar, tetapi sebelah dalam penuh kemunafikan dan kedurjanaan!” (Matius 23:27-29).
Dalam perziarahan menuju keselamatan dan kekudusan dibutuhkan perjuangan dan keterbukaan terhadap rencana dan kehendak Allah dan membiarkan diri dituntun oleh Roh Allah. Itulah dasar atau syarat untuk memperoleh keselamatan dan kekudusan. Bukalah hati kita untuk menerima rencana dan kehendak Allah! Biarkan hidup dan karya kita dituntun oleh Roh Allah!
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus (+) memberkati kita sekalian yang terbuka terhadap rencana dan kehendak Allah dan dituntun oleh Roh Allah untuk memperoleh keselamatan dan kekudusan. Amin.


