Samuel Runtuwene: ”Kehadiran-Nya Menjadi Begitu Nyata!”

        ”Patung itu memberikan kepada saya inspirasi dan stimulus untuk merasakan kehadiran Tuhan dan  berkomunikasi dengan-Nya.  Waktu berdoa, biasanya saya menutup mata, dan yang saya lihat di sana adalah Yesus sendiri,” ujarnya.     

KITAKATOLIK.COM–  Suatu siang di tahun 1984. Ia menggeret langkah agak lunglai. Pria berusia setengah baya ini baru saja turun dari bus yang rencananya akan membawanya dari Pasar Senen menuju kawasa Kota. Tapi tak jadi. Persis di depan Gereja Katedral, ia turun.

Ia masuk dari depan. Tak seorang dilihatnya di sana. Masih dalam langkah berat, ia ke .–bagian paling belakang, di depan pintu masuk. Di sana terdapat patung Maria memangku putera-Nya Yesus yang terkulai tak berdaya. ”Di depan patung itu saya benar-benar menangis,” aku pria yang kini menjadi Divisi Manajer di jaringan  restoran terkenal di Jakarta ini. ”Saya merasa mendapatkan tempat untuk mengatakan segalanya yang menimbun di hati saya,” tambah kelahiran 1954 ini.

Mantan seminaris ini mengaku saat itu sedang digencet banyak persoalan yang nyaris tak terpikul sementara kebiasaan berdoa yang sudah ditanamkan sejak dari keluarga dan diintensifkan di seminari, sudah lama diabaikannya. ”Karena ditempa oleh pengalaman hidup yang sangat banyak dan rumit itu, jadi saya betul-betul berdoa di depan patung itu. Dan di situ saya mendapat jawaban-jawabannya,” kata Sammy.

Jawaban itu menguatkannya untuk kembali lagi menjadi aktivis dan mulai melakukan kegiatan rohani. Saat itu, Sammy mengaku benar-benar merasakan Tuhan di sana. ”Seterusnya setiap kali ke situ, saya merasa seperti sedang mengunjungi seorang psikiater. Setelah itu saya merasa sungguh disembuhkan. Saya merasa ada yang hadir bersama saya,” kata pria yang mengaku dirinya sebagai penghayat keyakinan Katolik yang tradisional ini.

Tuhan Hadir

Saat berdoa di depan patung, pria yang di masa mudanya sering keluar masuk diskotik dan akrab dengan kehidupan malam ini mengaku  tidak sedang berhadapan dengan patung tapi dengan Tuhan Yesus yang saat itu dirasakannya benar-benar hadir.

BACA JUGA:   TAK ADA LARANGAN MEMBUAT DAN BERDOA MEMAKAI PATUNG

Sebenarnya Tak Ada Larangan Membuat atau Berdoa Memakai Patung

”Patung itu memberikan kepada saya inspirasi dan stimulus untuk merasakan kehadiran Tuhan dan  berkomunikasi dengan-Nya.  Waktu berdoa, biasanya saya menutup mata, dan yang saya lihat di sana adalah Yesus sendiri,” ujarnya.

Apakah ia bisa khusuk berdoa tanpa patung? ”Bisa sih bisa. Tapi saya merasa kurang srek,” katanya. Sebagai penganut Katolik tradisional, Sammy mengaku sangat merasakan perbedaan antara ada dan tidak adanya patung. Suasananya, menurutnya, sangat memberikan andil dalam merasakan kehadiran Tuhan.

”Kalau saya dalam Gereja Katolik,  saya merasa benar-benar ada di tempat kudus. Lain halnya bila saya berada di gereja-gereja lain yang tidak ada patungnya. Ya, seperti di tempat profan lainnya,” tukasnya.

Ingin Wajah-Nya dikenal

Sebagai umat Katolik, Sammy mengaku bila sumber imannya tidak hanya berdasarkan Kitab Suci,  tapi juga dari tradisi dan kuasa mengajar Gereja. Karena itu ia sungguh percaya bahwa kehadiran patung-patung suci merupakan bagian penting dalam pertumbuhan iman.

”Saya mengenal wajah Yesus dari gambar dan patung-patung itu juga. Bohong besar bila ada yang mengatakan bahwa ia dapat mengenal wajah Yesus tanpa mengenal contohnya berupa gambar dan patung-patung itu,” katanya dalam nada tinggi.

Lukisan wajah Yesus itu, menurut Sammy, berasal dari sepotong kain Veronika yang dipakai untuk mengusap wajah Yesus dalam jalan salib-Nya seperti dikenal dalam tradisi Katolik. ”Dari situ kita melihat bahwa sebenarnya Yesus ingin wajah-Nya dikenal oleh umat manusia seluruhnya,” tegas Sammy.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *