SEMARANG,KITAKATOLIK.COM—“Dengan hati yang penuh duka, kami melepas kepergianmu. Kehilangan ini begitu menyanyat, meninggalkan ruang kosong yang tidak tergantikan. Namun, dalam iman kami percaya bahwa Tuhan telah menjemputmu dan menuntunmu ke tempat yang penuh damai.
Terimakasih atas cinta, kebaikan dan kenangan yang telah engkau tinggalkan. Meskipun engkau telah pergi, kasihmu tetap tinggal di hati kami. Selamat jalan Opa Tuang Yohanes Samur, semoga engkau beristirahat dalam kedamaian Tuhan!”
Begitu ungkapan duka dari salah seorang umat terkait berpulangnya Romo Yohanes Samur PR, imam diosesan dari Keuskupan Ruteng. Romo John, begitu ia biasa disapa, meninggal pada dini hari, pukul 02.06 WIB, Selasa (18/11/2025) di Rumah Sakit Santa Elisabeth, Semarang.
Ibarat mistar
Romo John lahir di Loce, Manggarai, Flores Barat pada 10 Juni 1964. Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya di Seminari Pius XII Kisol, John meneruskan pendidikan imamatnya di Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret dan belajar Filsafat Teologi Katolik di STFTK Santo Paulus Ledalero. Masuk Tahun Orientasi Rohani (TOR) pada 1985, ia ditahbiskan sebagai imam dari Keuskupan Ruteng pada 7 September 1994.

Sebagai imam diosesan, Romo John pernah bertugas di beberapa paroki seperti di Paroki Santo Stefanus Iteng selama 10 tahun lebih dan Paroki Sita, Manggarai Timur. Romo John juga pernah dipercaya memimpin SMA Katolik Santo Fransiskus Ruteng.
“Pendidikan itu ibarat sebuah mistar. Mistar tidak pernah menghasilkan garis, yang membuat garis itu adalah pensil. Tapi kalau mistarnya bengkok, garisnya pasti bengkok!” tulisnya.
Karena sakit ginjal yang diderita dan harus terus menjalani proses cuci darah, romo John dirawat di RS Elisabeth, Semarang dan meninggal dini hari tadi. Selamat jalan Romo John Samur. Selamat kembali dalam pangkuan abadi bersama Bapa dan para kudus di sorga. Doakan kami yang masih berziarah di bumi ini. (Admin/dbs).


