Berkati Kapel dan Taman Doa Our Lady of Atika, Uskup Minta Umat “Menyuburkan” Kehidupan Orang Lain

JAKARTA,KITAKATOLIK.COM—Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo memberkati Kapel dan Taman Doa Our Lady of Akita yang teletak di  Osaka Residences, Pantai Indah Kapuk 2 (PIK2), pada Sabtu (4/5/2024) yang lalu. Selain Kardinal yang bertindak selaku Selebran Utama, turut hadir tujuh orang imam sebagai konselebran dan umat yang memenuhi seluruh ruang kapel, baik di ruang utama, kedua sayap maupun balkon. Bahkan membludak hingga selasar dan taman depan kapel.

Bertolak dari bacaan-bacaan suci dalam Perayaan Ekaristi pada hari itu, terutama dalam Kitab Yehezkiel yang menceritakan tentang air yang mengalir dari Bait Allah di Yerusalem dan menyuburkan semua tanah yang dilaluinya, Kardinal meminta umat untuk menjadi serupa air yang menyuburkan setiap mahluk yang dilewatinya.

“Setelah kita menikmati Rahmat Tuhan dalam tempat ibadah, termasuk tempat ini, kita harus menjadi seperti air yang mengalir ke manapun kita berada, ke manapun kita pergi dan diutus. Kehadiran kita harus membuat subur kehidupan saudara-saudari yang kita jumpai dalam perjalanan kehidupan kita,” kata Kardinal Suharyo dalam kotbahnya.

Ritual pemberkatan dilakukan setelah kotbah. Meliputi pemberkatan dan pengurapan altar, tabernakel, beberapa patung suci oleh Kardinal dan pemberkatan stasi-stasi jalan salib oleh salah seorang pastor.

Mukjizat Maria di Jepang

Taman Doa Our Lady of Akita ini terinspirasi dan merupakan replikasi dari Taman Doa Our Lady of Akita di Jepang di mana terjadi peristiwa Ilahi (mukjizat) Patung Bunda Maria meneteskan air mata sebanyak 101 kali.

Air mata yang jatuh dari mata patung Bunda Maria mulai menetes pada 4 Januari 1975. Tetesan terus terjadi hingga 101 kali pada tahun 1981. Setiap kali patung itu meneteskan air mata, para suster yang mengurus gereja Seitai Hoshikai,  tempat patung itu diletakkan, menghentikan seluruh aktivitas mereka dan berdoa rosario di depan patung itu. Di akhir pembacaan, pastor menghapus air mata dari patung itu.

Yang menarik, tim dari Universitas Gifu dan Universitas Akita yang memeriksa sampel memastikan bahwa kandungan air mata yang keluar, sama dengan kandungan air mata manusia.

Tahun 1994, dimulailah pembangunan gereja dan menunjuk  Ichiro Urano San —  seorang umat katolik Takasari dan seorang daiku atau perancang dan ahli konstruksi kayu tradisional Jepang yang juga ahli kayu bangunan kuil Jepang –, menjadi arsitektur utama. Ichiro sendiri merupakan penyaksi dari menetesnya air mata dari patung Bunda Maria yang ke-72.

Tanggal 1 Mei 1995, bertepatan dengan pesta Santo Yosep Pekerja,  lokasi konstruksi diberkati oleh Uskup Keiichi Sato, Ordinaris dari Keuskupan Niigata. Pada musim semi tahun 2000, pembangunan Seitai Hoshikai dimulai dan di tanggal 1 Mei 2002, gereja baru Seitai Hoshikai ditahbiskan.

Mempermudah umat Katolik

CEO PIK2 Steven Kusumo berharap agar kehadiran taman doa ini dapat membantu umat Katolik untuk menikmati dan mengalami jejak historis mukjizat Bunda Maria di Akita, Jepang.

“Tidak mudah bagi umat secara umum untuk berkunjung atau berziarah ke Akita, Jepang. Waktu dan biaya yang dibutuhkan cukup besar. Sehingga dari beberapa kali diskusi, muncullah ide untuk membangun gereja yang serupa dengan yang di Jepang. Dan juga tentunya patung Bunda Maria dan Santo Yosef yang serupa dengan di Jepang. Tuannya hanya satum yaitu memudahkan umat Katolik untuk beribadah,” kata Steven. (Paul MG).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *